Jika kita ingin bekerja dalam rangka mencari kebaikan, maka ketahuilah bahwa kebaikan yangsejati adalah kebaikan yang datang dari Allah SWT. Itulah kebaikan yang kekal abadi, tidak akan hilang selama-lamanya. Itulah kebaikan yang terus bertambah dan berkembang, tidak akan menyusut atau berkurang. Semua yang ada di dunia pasti mengalami penyusutan selain kebaikan yang ada di sisi Allah, karena Allah senantiasa melipat gandakannya berlipat-lipat.
Ada ungkapan mengatakan:
المال خادم جيَد او سيَد ردئ
(harta itu bisa berfungsi sebagai pelayan yang baik, atau majikan yang buruk).
Artinya jika anda mendapatkan harta, anda bisa mewujudkan apa saja yang anda inginkan. Hartalah yang anda gunakan untuk memenuhi kebutuhan anda, hartalah yang mendatangkan apa saja yang anda maukan selama anda memposisikannya sebagai pelayan anda.
Tetapi jika anda menjadikannya sebagai majikan dengan menyimpannya, dan mengumpulkannya tanpa mempedulikan dari sumber halal atau haram, maka berubahlah posisi anda menjadi hamba harta. Dalam kondisi demikian anda tidak bisa memanfaatkan harta, tetapi harta itu justru yang memenjarakan anda, lalu ia menghalangi anda dari keinginan-keinginan anda, karena anda tidak ingin membelanjakan harta anda, sekalipun untuk bersenang-senang, lantaran anda memang tidak ingin berpisah dengan harta.
Anda harus tahu bahwa harta bukanlah suatu rezeki yang langsung, tetapi ia adalah rezeki yang tidak langsung. Dengan harta itu anda membeli banyak barang, tetapi anda tidak mengambil manfaat dari harta itu secara lansung dengan memakannya.
Untuk lebih memperjelas persoalan ini kami katakan: Anggaplah anda mempunya dua gunung emas dan perak, sementara anda dalam keadaan lapar dan haus, apakah anda bisa memakan dari gunung emas itu? Atau minum dari gunung perak itu? Tentu tidak. Jika ada seseorang datang membawa seember air yang hendak menjualnya kepada anda dengan harga setengah gunung emas atau anda mati kehausan, apakah anda bersedia memberinya setengah dari apa yang anda miliki itu? Jika ada seseorang yang datang membawa makanan di depan anda, sementara kondisi anda hampir mati kelaparan, dia meminta imbalan kepada anda senilai setengah dari gunung perak, apakah anda akan memberikannya? Tentu anda memberikannya.
Kalau demikian, harta bukanlah rezeki yang langsung, karena anda tidak bisa memakannya atau meminumnya. Harta adalah rezeki yang tidak langsung yang dengannya anda membeli apa yang anda makan, anda minum dan anda pakai sesuai dengan kadar kebutuhan anda.
Segala bentuk kenikmatan yang anda terima di dunia ini jika anda pergunakan sesuai dengan aturan Allah, maka ia menjadi kebaikan. Tetapi jika anda salah gunakan dan anda selewengkan dari aturan Allah, maka ia menjadi keburukan. Harta benda bilamana anda pergunakan untuk menolong fakir miskin dan anak yatim serta jalur-jalur amal saleh lainnya, maka ia menjadi kebaikan. Dan bilamana anda pergunakannya untuk berbuat kerusakan di muka bumi, maka jadilah ia keburukan.
Jabatan pemerintahan, bilamana anda pergunakan untuk menghilangkan ketidak adilan dan memenuhi kebutuhan masyarakat luas serta menegakkan kebenaran hukum, maka ia menjadi suatu kebaikan. Sebaliknya, bilamana anda pergunakan untuk menindas dan menganiaya mereka, maka jadilah ia keburukan. Demikian pula halnya dengan umur anda, jika anda menghabiskannya untuk beramal saleh, maka jadilah ia kebaikan. Tetapi jika anda menghabiskannya untuk mengganggu dan memusuhi manusia, maka jadilah ia keburukan.
Begitulah seterusnya, memang tidak ada arti yang mutlak bagi segala sesuatu, tergantung cara anda mempergunakannya. Keburukan di alam raya ini sebagaimana yang kami jelaskan sebenarnya datang dari manusianya, tergantung cara pemakaiannya.
Sumber : Terj. Al Khoir wa Syar
karya As-Syeikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi