Manusia dalam hidup ini selalu mendesak-desak untuk mendapatkan kebaikan harta. Sebagian orang ada yang merasa kagum bagaimana Allah memberi orang kafir kejayaan dan kemewahan harta di dunia ini? Allah SWT mengingatkan kita bahwa yang demikian itu bukan pertanda ridha-Nya bagi orang kafir itu. Kadang kala Allah memberi kenikmatan kepada orang kafir itu agar semakin bertambah banyak dosa kekafirannya. Karena kalau kenikmatan hidup dijauhkan dari padanya, mungkin ia sadar dan bertobat, tetapi karena kemarahan Allah yang begitu tinggi terhadapnya, maka Dia ulurkan baginya segala fasilitas kehidupan duniawinya. Dalam konteks ini Allah SWT berfirman :
فلا تعجبك اموالهم ولا أولادهم إنما يريد الله ليعذبهم بها فى الحياة الدنيا وتزهق أنفسهم وهم كافرون
[Maka janganlah sampai harta benda dan anak-anak mereka mangagumkan hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan memberikan harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia ini, dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir) Qs At-Taubah : 55
Ayat tersebut ditujukan kepada rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sekaligus kepada seluruh umatnya. Allah SWT mengingatkan, waspadalah dalam menyikapi pemberian nikmat harta dan anak-anak. Hati-hatilah dalam menganggapnya sebagai suatu anugerah dan bukti restu dari Allah SWT. Anda mengira kedua-duanya otomatis suatu kebaikan. Kalau anda melihat pemberianduniawiini,andatidakperlu kagum, karena ada kemungkinan hal itu menjadi sebab penderitaan. Harta dan anak sering menjadikan manusia hanya ingat kepada kenikmatan itu saja, tidak ingat kepada Tuhan yang memberi kenikmatan itu. Manusia yang tidak ingat Allah pasti mengesampingkan aturan-aturan Nya.
Harta dan anak-anak di dunia ini membuat seseorang takut berpisah dengannya. Orang yang tidak percaya akan adanya akhirat, tentu menjadikan dunia ini segala-galanya. Kalau ia yang meninggalkan dunia, itu merupakan malapetaka, dan kalau dunia yang meninggalkannya itupun merupakan malapetaka.
Ayat Al-Quran di atas mengisyaratkan bahwa harta kekayaan itu sendiri merupakan daya tarik, anak-anakpun menjadi daya tarik tersendiri. Orang yang punya harta merasa kagum dan bangga dengan hartanya, sedangkan orang yang punya anakpun merasa kagum dan bangga dengan anak-anaknya. Jika kedua-duanya berkumpul pada seseorang, maka kekaguman dan kebanggaannya semakin besar dan merata.
Dalam ayat itu Allah hendak mengingatkan kita akan dua hal penting: Yaitu janganlah sampai keberadaan harta dan anak pada seseorang membuat hati kita terkagum-kagum. Dan jika Allah memberi orang kafir harta dan anak, janganlah dipahami sebagai tanda ketinggian derajatnya, tetapi harus dipahami sebagai hukuman baginya di dunia dan akhirat.
Para pemuja harta, sekalipun harta kekayaannya melimpah ruah, ia tetap saja hidup dalam ketakutan, ia kehilangan perasaan aman karena khawatir jatuh miskin. Oleh sebab itu ia kikir membelanjakan hartanya untuk dirinya dan anak-anaknya, la sangat menyayangi setiap satu perak yang ia keluarkan, la selalu khawatir hartanya berkurang atau hilang jika menggunakannya, kendatipun hartanya sudah bertumpuk-tumpuk, la terlihat merana dan selalu rendah diri dalam hidupnya, la berusaha menyenagkan hati orang-orang yang berpengaruh demi menjaga harta dan kejayaannya, la mudah terkejut dengan peristiwa apapun karena khawatir harta kekayaannya hilang. Memang secara lahirinya ja terlihat seakan-akan dapat menikmati apa yang dimilikinya, padahal hakikatnya secara psikis ia hidup dalam penderitaan dan ketakutan.
Mencintai harta dapat membuat pemiliknya lupa kepada Allah, menyebabkan hatinya keras dan menghasutnya untuk memakan hak kaum lemah, pemberian Allah kepada orang-orang kafir bukanlah pertanda kecintaan-Nya kepada mereka, tetapi dimaksudkan untuk membuat mereka semakin sesat sedikit demi sedikit [istidroj) agar ketetapan hukuman pembalasan atas mereka benar-benar dapat dijatuhkan. Pemberian itu dapat membuat orang-orang kafir lengah dari jalan Tuhan akibat kekafiran mereka. Semakin Allah menambah harta mereka, akan semakin menjadi-jadi penyembahan mereka terhadap harta, dan menjauhkan mereka dari penyembahan kepada Allah SWT.
Harta kekayaan akan senantiasa membuat mereka lengah dari penyembahan kepada Allah hingga datang ajal mereka, supaya nyawa mereka melayang sementara mereka dalam keadaan kafir. Lalu pada hari kiamat apa yang terjadi? Allah SWT memberitakan kepada kita tentang kesudahan mereka kelak:
إن الذين كفروا وماتوا وهم كفار فلن يقبل من احدهم ملء الأرض ذهبا ولوافتدىبه إولئك لهم عذاب أليم وما لهم من ناصرين
{Sesungguhnya orang-orang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas yang sebanyak itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong). Qs Ah Imran : 91
Apakah emas dan harta kekayaan itu suatu kebaikan bagi mereka? Ataukah merupakan keburukan yang besar?
Sumber : Terj. Al Khoir wa Syar
karya As-Syeikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi