Suara hati dan nasehat Al Habib Ahmad bin Novel bin Jindan
Bulan Syawal 1436 H
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين و الصلاة و السلام على سيدنا محمد و آله و صحبه و التابعين
أما بعد
Sahabatku yang dimuliakan oleh Allah..!
Ketahuilah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada kita suatu perintah yang sangat agung, yang dengannya terdapat keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Perintah itu adalah perkara takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu menta’ati segala perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjauhi segala larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Untuk tujuan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaa, kita diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk berpuasa di bulan suci ramadhan. agar kita menjadi manusia yang tunduk dan patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk berpuasa di bulan suci ramadhan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an:
يا أيها الذين آمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya telah diwajibkan kepada kalian untuk berpuasa sebagaimana yang telah diwajibkan kepada ummat sebelum kalian agar kalian bertaqwa kepada Allah.” Tujuan Allah memerintahkan hal demikian adalah agar kita menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sahabatku yang dimuliakan oleh Allah..!
Kegembiraan dan kebahagiaan akan datangnya bulan suci ramadhan adalah tanda/bukti keimanan seseorang kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sungguh hal demikian adalah nikmat yang besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Alangkah indahnya bulan suci ramadhan, sebagaimana yang dinyatakan oleh Baginda Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Aalihi wa Shohbihi wa Sallam dalam kutbahnya ketika menyambut bulan suci ramadhan, “Permulaan dari bulan suci ramadhan adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan penghabisannya adalah pembebasan dari api neraka.” Apakah ada yang semacam ini pada bulan selain bulan suci ramadhan? Tidak, hanya dalam bulan suci ramadhan. Hari demi hari berlalu, malam demi malam dari bulan suci ramadhan telah berlalu. Bulan suci ramadhan telah berlalu dengan segala apa yang ada di dalamnya dari karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala. Orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan bersedih ketika berlalu bulan suci ramadhan, tetapi di saat yang sama mereka berbahagia atas anugerah dan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika memasuki bulan syawal.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Aalihi wa Shohbihi wa Sallam menyatakan bahwa di bulan suci ramadhan pahala dilipat gandakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, ibadah sunnah dicatat sebagai ibadah fardhu, dan ibadah fardhu dicatat 70 kali lipat dari ibadah fardhu yang dilakukan. Hal demikian tidak ada kecuali hanya di dalam bulan suci ramadhan. Dan bulan ramadhan telah berlalu. Malam lailatul qodr (lebih mulia dari seribu bulan) yang terdapat di bulan suci ramadhan juga telah berlalu. Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Aalihi wa Shohbihi wa Sallam di dalam hadits beliau, “Apabila ummatku mengetahui apa yang terdapat dalam bulan suci ramadhan, maka sungguh mereka semua akan berharap 1 tahun penuh menjadi bulan suci ramadhan.”
Sahabatku yang dimuliakan oleh Allah..!
Di bulan suci ramadhan, segala kemudahan dan fasilitas diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk kita orang-orang yang beriman. Hal demikian diberikan untuk melatih kita agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bulan suci ramadhan masuk, pintu surga dibuka oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Untuk apa? agar orang-orang yang beriman merindukan surga yang telah dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mereka hamba-Nya yang sholeh. Sebagaimana yang telah dinyatakan dalam hadits Al-Qudsi, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Aku telah mempersiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang sholeh, surga yang tidak pernah dilihat oleh mata, yang tidak pernah didengar oleh telinga, bahkan khayalanpun tidak akan sampai.”
Api neraka ditutup pintunya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala pada bulan suci ramadhan. Mengapa? agar kita kaum mukminin menjauhi segala apa yang dapat menjerumuskan kita ke dalam api neraka-Nya. Bahkan syaithon yang membisikkan manusia untuk berpaling dari ajaran Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka diikat dan dibelenggu serta dilemparkan ke laut oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mengapa? agar tidak mengganggu hamba-Nya di dalam beribadah.
Fasilitas dan kemudahan diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di dalam riwayat, pintu langit dibuka oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mengapa? agar do’a kita diijabah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pintu rahmat di buka oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mengapa? agar senantiasa rahmat dan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala masuk ke dalam hati hamba-Nya. Nafsu dikekang dan dididik dengan rasa lapar. Di bulan ramadhan kita dilatih menjadi manusia yang bertakwa. Kaum mukminin diberikan taufik oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga di bulan ramadhan ketika beribadah kita tidak sendiri. Sahabat, keluarga, dan saudara muslim ikut beribadah. Mengapa? Agar semangat semakin membara di dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan lingkungan dan masyarakat yang sama-sama mendukung. Karena itu, dengan semua fasilitas dan kemudahan ini maka tidak ada lagi alasan untuk tidak menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sahabatku yang dimuliakan oleh Allah..!
Orang yang telah dibiasakan selama 1 bulan penuh bangun pada akhir malam untuk sahur dan qiyamullail maka setelah berlalu bulan ramadhan ia sudah terbiasa untuk qiyamullail. Di bulan ramadhan kita dibiasakan bangun sebelum subuh untuk sahur, sehingga kita terbiasa untuk qiyamullail. Maka setelah berlalu bulan ramadhan diri kita telah terbiasa dan mudah untuk melanjutkannya. Oleh karena itu tidak ada lagi alasan untuk tidak qiyamullail setelah bulan ramadhan dan untuk tidak menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sahabatku yang dimuliakan oleh Allah..!
Di bulan ramadhan kita telah dibiasakan untuk berpuasa wajib selama 29-30 hari, maka setelah berlalu bulan suci ramadhan puasa yang sunnah menjadi mudah bagi kita untuk mengerjakannya.
Sahabatku yang dimuliakan oleh Allah..!
Selama bulan suci ramadhan kita dilatih untuk selalu membaca Al-Qur’an dan ketika berlalu bulan suci ramadhan hendaknya kita terus membaca Al-Qur’an. Di antara kita ada yang mengkhatamkan Al-Qur’an selama bulan suci ramadhan sebanyak 1/2/3 kali atau lebih, sehingga setelah berlalu bulan suci ramadhan kita telah terbiasa membaca Al-Qur’an.
Sahabatku yang dimuliakan oleh Allah..!
Setiap malam kita lakukan 20 raka’at dari shalat taraweh secara berjama’ah, maka setelah berlalu bulan suci ramadhan hendaknya 20 qobliyah dan ba’diyah mu’akkadah jangan kita tinggalkan lagi.
Sahabatku yang dimuliakan oleh Allah..!
kita telah terbiasa untuk shalat witir maka setelah berlalu bulan suci ramadhan hendaknya shalat witir jangan kita tingggalkan.
Semua itu adalah tanda dan bukti atas puasa yang diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Puasa yang semacam inilah yang pahalanya dilipat gandakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan membuahkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan orang yang semacam ini adalah orang yang lulus/menang/berhasil dari ujian Allah Subhanahu wa Ta’ala pada bulan suci ramadhan. Orang yang semacam inilah yang patut berbahagia dan bergembira ketika datang hari raya, karena hari raya yang sesungguhnya diperuntukkan bagi mereka orang-orang yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hari raya yang sesungguhnya diperuntukkan bagi mereka orang-orang yang puasanya membuahkan takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga kita selalu mendengar ucapan yang sering dikumandangkan tentang hari raya, “Hari raya yang sesungguhnya bukan untuk mereka yang memakai pakaian baru, akan tetapi hari raya yang sesungguhnya hanya untuk mereka yang keta’atannya bertambah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” “Hari raya yang sesungguhnya bukan untuk mereka yang menaiki kendaraan yang mewah atau pakaian yang baru, akan tetapi hari raya yang sesungguhnya hanya untuk mereka yang mendapatkan pengampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata, “Hari ini adalah hari raya, kemarinpun bagiku adalah hari raya, dan esok hari juga merupakan hari raya bagiku, dan setiap hari aku tidak bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan hari raya yang terbesar untukku.” Jadikanlah diri kita pada hari raya ini sebagai orang yang berbahagia dengan kebahagiaan yang sejati dan orang yang menang dengan kemenangan yang sesungguhnya, yaitu kemenangan atas terbebaskannya dari belenggu perbudakan syahwat, nafsu, dan syaithon. Mudah-mudahan kita dijadikan sebagai manusia yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sahabatku yang dimuliakan oleh Allah..!
Alangkah indahnya ketika masjid-masjid menjadi makmur pada bulan suci ramadhan. Kita melihat shalat subuh kaum muslimin hingga memenuhi masjid, bahkan hingga keluar masjid. Masjid-masjid dipenuhi oleh umat islam baik laki-laki maupun perempuan. Harapan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar pemandang indah ini tetap akan kita lihat walaupun bulan ramadhan telah berlalu. Alangkah indahnya pemandangan agung itu. Pemandangan apa? Yaitu manusia-manusia yang sholeh yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di akhir malam berjalan di kegelapan malam dari rumah mereka menuju masjid.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Aalihi wa Shohbihi wa Sallam bersabda, “Berilah kabar gembira untuk mereka yang berjalan di kegelapan malam menuju masjid, kabar gembira berupa cahaya yang terang menderang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mereka di hari kiamat.” Mudah-mudahan kabar gembira ini Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan untuk kita semua. Mudah-mudahan kita menyaksikan kembali pemandangan indah ini (makmurnya masjid dengan ibadah) baik pada bulan bulan suci ramadhan maupun setelahnya. Hanya orang yang beriman yang memakmurkan rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala (masjid) dengan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sahabatku yang dimuliakan oleh Allah..!
Di hari yang agung ini kita berkunjung kepada keluarga dan saudara-saudara kita untuk menyambung tali silaturahmi, sehingga saling memaafkan satu sama lain. Ambillah kabar gembira bahwa setiap langkah yang dilangkahkan oleh seseorang untuk mengunjungi saudaranya yang muslim maka akan dicatat sebagai pahala yang besar oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Selain itu, para malaikat mengarak, membanggakan, dan menyambut seseorang yang berjalan menuju rumah saudaranya untuk menyambung tali silaturahmi.
Bukalah hati kita untuk saling memaafkan dan memberikan kasih sayang satu sama lain. Lupakanlah apa yang telah lalu dari kesalahan dan bukalah lembaran yang baru. Ketahuilah bahwa pahala dan karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sangatlah besar bagi mereka yang melangkahkan kakinya untuk menyambung tali silaturahmi. Akan tetapi, hak-hak Allah Subhanahu wa Ta’ala harus ditunaikan dan batasan-batasan yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kaum mukminin harus diperhatikan.
Hal-hal yang harus diperhatikan di antaranya yaitu bersalaman antara laki dengan perempuan yang bukan mahram sangat dilarang dalam agama islam. Rasululullah Shallallahu ‘Alaihi wa Aalihi wa Shohbihi wa Sallam seumur hidupnya tidak pernah menyentuh dan tidak pernah bersalaman dengan wanita yang bukan mahram dan tidak halal baginya. Hal semacam ini harus kita perhatikan agar kita mendapat pengampunan dan rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mudah-mudahan puasa yang kita lakukan di bulan suci ramadhan diterima dan pahalanya dilipat gandakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sahabatku yang dimuliakan oleh Allah..!
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Aalihi wa Shohbihi wa Sallam bersabda sebagaimana di dalam hadits shohih yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim, “Barang siapa yang berpuasa pada bulan suci ramadhan kemudian dilanjutkan dengan puasa 6 hari di bulan syawal maka baginya pahala seperti berpuasa satu tahun penuh.” Dan dalam riwayat lain, ia keluar dari dosa-dosanya seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya. Karena itu, lengkapilah puasa ramadhan kita dengan 6 hari puasa di bulan syawal. 6 hari tersebut boleh dilakukan kapan saja dibulan syawal, namun yang afdholnya adalah 6 hari berturut-turut setelah hari raya idul fitri. Dapat juga dengan niat mengqodho puasa bulan ramadhan atau puasa sunnah apapun yang penting dilakukan pada bulan syawal selama 6 hari maka ia mendapatkan pahala yang besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mudah-mudahan segala amal ibadah kita dilipat gandakan pahalanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وصلى الله على سيدنا محمد خاتم النبيين و على آله و صحبه و التابعين و الحمد لله رب العالمين
Sahabatmu..
Al Habib Ahmad bin Novel bin Salim bin Ahmad bin Jindan
Sabtu, 2 Syawwal 1436 H