بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين و الصلاة و السلام على سيدنا رسول الله صادق الوعد الامين و على آله و صحبه و التابعين أما بعد السلام عليكم و رحمة الله وبركاته
Sahabat-sahabatku yang dirahmati Allah dimanapun antum berada..! Berikut ini adalah suara hati saya, dan pernyataan resmi saya Ahmad bin Novel bin Salim bin Ahmad bin Jindan terkait pelepasan amanat Majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam yang selama satu tahun ini diamanatkan oleh Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz kepada saya.
- Penyerahan amanat dari Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz
Jalsatul Itsnain yang kemudian menjadi Majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam adalah sepenuhnya milik Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz. Sebagaimana pernyataan Al Habib Mundzir dan sebagaimana pernyataan Al habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz.
Hari Ahad tanggal 15 september 2013 / 10 Dzul Qoidah 1434 H saat wafat Al Habib Mundzir, Amanat Majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam kembali kepada pemiliknya yaitu Al Habib Umar. Dan pada malam kamis 18 september 2013 / 13 Dzul Qoidah 1434 H Al Habib Umar menyerahkan Amanat Majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam kepada Al Habib Muhsin bin Idrus Al Hamid. Dan 2 bulan kemudian Al Habib Umar datang ke Indonesia dalam safari dakwahnya. Dan saat di Surabaya malam kamis 4 desember 2013 / 1 shofar 1435 H Al Habib Umar memanggil saya Ahmad bin Novel bin Jindan dan menyerahkan amanat Majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam kepada saya seta memberikan beberapa arahan kepada saya. Kemudian pada hari Ahad tanggal 6 April 2014 / 6 Jumadil Akhirah 1435 H di kediaman Al Habib Umar di kota Tarim saat Al Habib Muhsin bin Idrus Al hamid dan Saya Ahmad bin Novel bin Jindan di sana, Al Habib Umar menegaskan kembali bahwa amanat yang di serahkan kepada saya bukan sekedar Jalsah Itsnain Majelis malam selasa, namun semua yang berkaitan dengan Majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam. Kemudian pada hari senin tanggal 26 Mai 2014 / 26 Rajab 1435 H Al Habib Umar mengirim surat kepada saya yang berisi beberapa arahan, diantaranya adalah bahwa Majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam bukan milik perorangan, kelompok tertentu, suku dan golongan tertentu. Namun Majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam adalah sepenuhnya di bawah kendali, perhatian dan naungan Guru Al Habib Mundzir yaitu Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz.
- Pengembalian amanat kepada Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz
Hari senin tanggal 17 November 2014 / 24 Muharram 1436 H lepas maghrib di rumah Al Habib Muhsin bin Idrus Al Hamid Cidodol, Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz memanggil Al Habib Jindan bin Novel bin Jindan dan Al Habib Muhsin bin Idrus Al Hamid untuk berbicara dengan mereka terkait Majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam. Diantaranya adalah mengatur dan menetapkan pemikul amanat setelah Ahmad bin Novel bin Jindan dan Al habib Umar memberikan kepada saya tugas Program Daurah. Pada hari kamis 20 November 2014 / 27 Muharram 1436 H jam 11.15 di Solo, Saya menghadap kepada Al Habib Umar dan mengembalikan amanat Majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam kepada beliau. Dan saat itu saya bertanya kepada Al Habib Umar tentang kapan pemikul amanat yang baru akan memegang Majelis? Beliau menjawab apabila persiapan sudah siap maka secepatnya, namun jika belum matang persiapan peralihannya maka bulan depan sudah harus dimulai.
- Kesan Saya Ahmad bin Novel bin Jindan selama memegang Amanat Majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam
Amanat yang sangat berat. Tantangan, cobaan, cacian, makian, pujian, dunia, popularitas dsb. Wal hamdulillah dengan taufiq dari Allah, saya selama satu tahun penuh menjalankan amanat ini tidak menoleh kepada itu semua. Taufiq dari Allah dan bimbingan dari yang mulia Al Habib Umar. Teringat 14 tahun lalu dengan pesan dan washiat Al Habib Umar kepada kami saat beliau berkata:
الناس سيقبلون عليكم, انتبهوا هذه فتنة
“ketahuilah akan datang saatnya ummat akan berduyun-duyun mencari dan bersimpuh kepada kalian. Ketahuilah bahwa itu adalah fitnah, ujian dan cobaan dari Allah”.
Terbayang pula selalu di depan mata saya dengan apa yang dinyatakan oleh Al Habib Abdullah bin Alwi Al haddad:
ولا أستلذ العيش في البعد عنهم ولو كان ملك الأرض في قبضة اليدِّ
Dan sungguh tidak akan pernah nikmat kehidupan ini tatkala aku jauh dan terputus dari mereka
Walaupun seluruh kerajaan bumi berada di genggaman tanganku ini
Ucapan Al Habib Abdullah Al Haddad inilah yang senantiasa berada di depan mata dan sanubari saya.
Apa nikmatnya hidup ini walau kerajaan bumi di genggaman tangan? Jika saya harus putus dari kekasih-kekasih yang saya cintai? Siapa mereka? Guru-guru saya para awliya. Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, Al Habib Ali Masyhur bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, Al Habib Salim bin abdullah bin Umar Asy Syatiri, Al Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, Dan guru-gura yang lain yang telah berpulang ke rahmatullah, Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad As Seggaf, Al Habib Hasan bin Abdullah bin Umar Asy Syathiri, As Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki, Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi, para salaf dan leluhur saya yang hidup dan mati saya hanya untuk mereka. Apa nikmatnya hidup ini walau kerajaan bumi di genggaman tangan saya namun saya harus putus dari mereka? Wallahi dunia seisinya tidak ada artinya dibanding satu senyuman manis dari mereka untuk saya. Wal hamdulillah senyuman manis tersebut saya telah lihat di wajah beberapa dari mereka untuk saya, dan saya senantiasa berharap dari yang lainnya.
Atas dasar inilah saya tidak pernah menoleh kepada jumlah yg banyak, atas dasar inilah saya tidak pernah mau menerima sepeserpun uang dari majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam, atas dasar inilah saya tidak pernah mau menerima setitikpun keuntungan materi yang datang dari dan melalui majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam, atas dasar inilah saya tidak menginginkan pengawalan dan servis dari siapapun. Atas dasar inilah saya menjalankan amanat berat ini walau saya harus berselisih dengan orang-orang yang mencari keuntungan.
Puncak harapan saya adalah meraih untuk saya tempat yang paling istimewa yang penuh keridhoan di hati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam, leluhur saya dari As Saadah Al Ba Alawi, dan guru-guru saya terutama Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz. Dan saya mengetahui bahwa untuk mencapai harapan ini saya harus menjadikan mereka sebagai yang teragung di dalam hati, jiwa, raga dan hidup serta mati saya.
Hanya Allah yang Maha mengetahui betapa saya tidak ingin memimpin Majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam kalau bukan karena Perintah dari seseorang yang tidak mungkin saya langgar perintahnya yaitu Al habib Umar. Sekalipun Al habib Mundzir yang meminta saya untuk memegang Majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam maka saya tidak akan pernah mau. Namun atas perintah Al Habib Umar saya menerima amanat ini dan atas perintah beliau juga saya melepaskannya.
Teringat selama satu tahun saya memikul amanat ini dengan ucapan saya kepada beberapa orang. “Demi Allah jikalau kamu dapat melepaskan belenggu amanat ini dari leher saya atas izin Al Habib Umar, maka saya akan mencium kakimu” “siapapun yang ingin mengambil jabatan ini silahkan, asalkan dia mengambilnya dari pemiliknya yaitu Al Habib Umar, maka sungguh saya akan mencium kakinya”
Wal hamdulillah belenggu ini telah terlepas dari leher saya.
Belenggu? Belenggu? Tepat sekali, BELENGGU.
Satu orang yang allah amanatkan kepadamu kemudian kamu tidak menjalankan amanat dengan benar maka kamu akan dituntut oleh Allah di hari kiamat. Ketika kamu lalai maka kamu akan terjerumus dalam lubang api neraka. Satu orang yang Allah amanatkan kepadamu kemudian dia bermaksiat, maka apa jawabmu ketika Allah bertanya kepadamu “wahai ahmad, bagaimana si fulan bermaksiat kepadaKu sedangkan Aku telah amanatkan fulan tersebut kepadamu untuk kamu membimbingnya?” Apa jawabmu ketika Allah bertanya kepadamu? Apa jawabmu ketika kamu menghadap kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam sedangkan fulan yang telah diamanatkan kepadamu terjerumus dalam api neraka? Bagaimana keadaanmu ketika melihat kekecewaan di wajah Baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam ketika si fulan yang Allah amanatkan kepada mu terjerumus ke dalam api neraka? Dapatkah kamu hidup ketika melihat kekecewaan di wajah suci Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam karena kelalaianmu?
Ini jika hanya satu orang yang Allah amanatkan kepadamu, maka bagaimana jika 10 orang? Maka bagaimana keadaanmu jika 100 orang? Apakah kamu akan menjamin keselamatanmu jika kamu memikul amanat 100.000 orang? Apakah kamu bisa menjamin mereka semua masuk surga? Apakah kamu bisa menjamin semua orang tersebut tidak terlepas dari genggamanmu? Tepat sekali, ini adalah belenggu api yang di ikatkan di leher saya. Bara panaas yang dititipkan di genggaman saya.
Sekarang saya telah melepaskan amanat besar ini atas perintah dari sang guru yang agung. Wal hamdulillah, segala puji bagi Allah. Harapan saya agar Allah mengampuni segala kesalahan dan khilafan saya selama memikul amanat ini dan segala dosa-dosa saya.
Saya senang, bahwa selama saya memegang amanat ini Allah selalu membimbing saya dan memberikan taufiqNya kepada saya. Teringat sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam:
يا عبد الرحمن بن سمرة لا تسال الإمارة فإنك إن أُعطِيتَها عن غير مسألة أُعِنتَ عليها، و إن أُعْطِيتَها عن مسألة وُكِّلتَ إليها
“Wahai abdurahman bin Samurah, jangan sekali-kali kamu meminta kepemimpinan, karena sesungguhnya jika kepemimpinan datang kepadamu tanpa kamu minta maka kamu akan di tolong dan di bimbing (oleh Allah), dan apabila kepemimpinan datang kepada kerena engkau meminta dan mencarinya maka kamu akan diabaikan (oleh Allah) kepada kepemimpinanmu itu”.
Wal hamdulillah, dari sejak awal hingga detik ini tidak ada keinginan dalam hati untuk memikul amanat Majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam dan harapan saya agar Allah senantiasa menjaga hati saya dan membimbing saya ke jalan yang di ridhoiNya.
Kesan saya, adalah saya senang dan bersyukur kepada Allah bahwa Allah telah bimbing saya sehingga selama satu tahun ini hingga saya bisa menjalankan amanat ini dengan sebaik-baiknya. saya senang dan bersyukur kepada Allah bahwa Allah telah bimbing saya sehingga selama satu tahun ini saya Tidak pernah mengambil sedikitpun keuntungan pribadi dari Majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam, baik itu amplop, uang, keuntungan materi, hadiah, popularitas, pelayanan, khidmah dsb. Dan itulah doa saya selama ini. Wal hamdulillah Allah kabulkan segala harapan dan doa saya.
Saya senang dan bersyukur kepada Allah bahwa Allah telah bimbing saya sehingga selama satu tahun ini segala yang saya lakukan di Majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam baik itu kecil maupun besar adalah atas restu, bimbingan dan arahan Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz. Semuanya. Termasuk dzikrul jalalah yang dari awal tidak pernah saya bawakan dan kemudian setelah saya kembali dari ziarah saya ke hadramaut di bulan syawal lalu saya bawakan. Ketika saya bawakan tiada lain karena perintah dan izin dari beliau. Wal hamdulillah ini semua tiada lain kecuali atas nikmat yang Allah berikan kepada saya dan harapan kepadaNya agar membimbing saya untuk mensyukuri nikmat besar ini dan menambahkannya selalu untuk saya.
Kesan saya, adalah senang dan gembira saat amanat ini telah dikembalikan kepada pemiliknya yaitu Al Habib Umar. Namun di waktu yang sama saya juga sedih kesedihan yang mendalam; mengapa? Tatkala saya telah jatuh cinta kepada jamaah, saya harus melepaskan. Inilah yang membuat saya sedih kesedihan yang mendalam. Dan saya yakin jamaah pun juga sudah jatuh cinta dengan saya. Dan memang inilah yang saya rasakan dari para jamaah. Namun harapan kepada Allah sebagaimana doa yang selalu kami bersama panjatkan kepadaNya
يا رب و اجمعنا و أحبابا لنا في دارك الفردوس يا رجوانا
يا رب و اجمعنا و أحبابا لنا في دارك الفردوس أطيب موضع
“Ya Allah kumpulkan kami dan orang-orang yang kami cintai di surgaMu Firdaus wahai Tuhan tempat kami berharap”.
- Pesan saya kepada jamaah
Dari sejak awal saya memikul amanat Majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam, selalu saya arahkan jamaah agar berpegang kepada ajaran kepada Manhaj dan bukan kepada figur dan sosok manusia yang bisa berbuat benar dan berbuat salah sekalipun dia adalah ulama. Ketika Al Habib Mundzir wafat, keadaan jamaah dan Majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam goncang dan kapal hampir tenggelam. Mengapa? Karena figur telah tiada. Figur Al habib Mundzir telah wafat. Ini kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Namun sungguh apabila figur dan sosok telah tiada maka manhaj dan ajaran Rasulullah akan tetap berkibar benderanya. Orang yang menyembah figur akan ikut mati bersama figur yang dia sembah, namun yang menyembah kepada Allah maka Allah hidup abadi. Inilah kenyataan yang dinyatakan oleh Sayyiduna Abu Bakar As Shiddiq saat wafat manusia teragung di jagad raya, Al mushthofa Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam
من كان يعبد محمدا فإن محمدا قد مات و من كان يعبد الله فان الله حي لا يموت
“Barang siapa yang menyembah Muhammad maka Muhammad telah mati. Dan barang siapa yang menyembah Allah maka sungguh Allah Hidup dan tidak mati”.
Ajaran dan manhaj yang di bawa Muhammad tetap ada dan berkibar benderanya.
Pesan saya kepada jamaah Majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam secara khusus agar menjunjung tinggi ajaran dan Manhaj yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam, tanpa memandang figur yang membawanya. Figur yang di tunjuk hanya sekedar penyambung lidah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam.
Setiap da’i siapapun dia, yang memiliki hubungan erat dengan Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam, yang mengenal cinta yang tulus kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam, yang membuktikan kecintaan tulusnya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam dengan meneladani beliau di dalam segala hal maka ketahuilah da’i tersebut adalah wakil daripada Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam. Semakin hubungannya erat semakin dekat dia kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam dan semakin kuat pula perwakilannya dalam mewakili Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam. Beliau bersabda di dalam hadisnya:
بلغوا عني ولو آية
Beliau mengatakan : “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat”.
para da’i tugas mereka hanya menyampaikan”. Menyampaikan apa? Bukan dari isi kepala atau benak mereka, tetapi tugas mereka menyampaikan dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam ajarannya. Itu tugas para dai. Mereka hanyalah wakil, mereka wakil dari gurunya, dan gurunya wakil daripada guru-gurunya yang sebelum dia, begitu tersambung, seterusnya hingga sambung menyambung sampai kepada baginda Agung Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa alihi washahbihi Wa Sallam. Para da’i tiada lain adalah wakil Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam. Selama yang dia sampaikan adalah ajarannya nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam maka ketahuilah bahwa dia adalah penyambung lidahnya Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam. Inilah pesan saya kepada jamaah.
Kemudian pesan saya yang lain kepada jamaah adalah hendaknya Kita mensyukuri nikmat dengan cara menjalankan dengan sebaik-baiknya apa yang telah kita dengar, apa yang disampaikan oleh para ulama kita jalankan dengan sebaik-baiknya, maka itulah bentuk syukur kita. Kita mengajak anak keluarga kita untuk hadir di tempat ini, jangan lihat saya, jangan melihat pengajarnya tapi lihat di majelis ini, kita datang untuk Allah untuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam. Siapapun yang mengajar tidak ada masalah. Di atas kepala kita adalah ajaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam, ajaran suci beliau, akhlak beliau, syariat beliau, siapapun yang membawa.
Ajak anak keluarga kita untuk hadir di tempat ini. Jangan lihat saya, jangan lihat pengajarnya tapi lihat kepada manhaj dan ajaran. Di majelis ini kita datang untuk Allah untuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam. Siapapun yang mengajar tidak ada masalah. Di atas kepala kita ajaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam, ajaran suci beliau, akhlak beliau, syariat beliau siapapun yang membawa. Setiap da’i siapapun dia, yang memiliki hubungan erat dengan Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam, yang mengenal cinta yang tulus kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam, yang membuktikan kecintaan tulusnya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam dengan meneladani beliau di dalam segala hal, maka ketahuilah da’i tersebut adalah wakil daripada Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam.
Kemudian pesan saya yang lain untuk jamaah adalah agar membuang sifat fanatik dari hati sejauh-jauhnya. Sifat fanatik adalah sifat yang sangat tercela dan dapat membahayakan pemiliknya, dapat membahayakan kepada majelis bahkan dapat membahayakan kepada islam dan menciderainya. Selama suatu majelis dan perkumpulan membuat seseorang makin khusyu kepada Allah, makin takut kepada Allah, makin cinta kepada Allah, makin mengenal ajaran Allah, makin membuatnya rindu kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam, membuatnya makin jauh dari dunia yang hina, membuatnya makin jauh dari politik dan kotorannya, membuatnya makin semangat dalam menjalankan agama Allah, maka hadirilah majelis itu. Apapun majelisnya, dan apapun namanya, dan siapapun pengajarnya.
Dan hendaknya para jamaah selalu menghadiri majelis-majelis yang berkah. Di kota jakarta ini, secara khusus saya mengajak para jamaah kepada Majelis Ta’lim Al Habib Ali bin Abdurahman Al Habsyi Kwitang setiap ahad pagi, dan juga di waktu yang sama di Al Hawi di condet, acara khusus wanita di Majelis Ta’lim Anisah di kediaman Alm Al habib Umar Maula Kheilah di kemang. Dan majelis-majelis lainnya yang tersebar di manapun. Majelis-majelis yang saya sebutkan ini secara khusus memiliki perhatian khusus dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam dan para awliya’. Acara-acara maulid akbar yang akan diadakan di bulan Maulid seperti di makam kramat Al Habib Ahmad bin Alwi Al haddad (Habib Kuncung), makam kramat Al Habib abdullah bin Muhsin Al attas empang bogor, Maulid akhir kamis di Kwitang Al Habib Ali bin Abdurahman Al habsyi, demikian juga burdah dan maulid di Al Hawi dan di makam Kramat Al habib Husain bin Abu Bakr Al Idrus luar batang, Haul Al Imam Al Qutb Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi di kota Solo, dsb. Beberapa acara adalah umum untuk laki dan perempuan sebagaimana ada beberapa acara khusus laki-laki dan yang lain khusus perempuan. Dan masih banyak lagi majelis-majelis berkah yang kesemua itu bersambung kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam. Kita tidak pernah mengetahui dimana keridhoan Allah dikhususkan untuk kita.
Sebagaimana saya menghimbau kepada para jamaah agar senantiasa menuntut ilmu agama, ilmu yang mengajarkan kita cara menyembah Allah dengan benar. Cinta yang besar tanpa didampingi dengan ilmu hanya akan menghancurkan pemiliknya dari pada menyelamatkannya. Sebagaimana ilmu yang luas tanpa didampingi cinta yang mendalam hanya akan menjerumuskan pemiliknya ke dalam api neraka.
Wal hamdulillah, para ulama dari para habaib dan para kiayi yang soleh, yang taqwa dan mengenal cinta serta bersambung sanadnya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam masih banyak di tengah-tengah kita. Sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk berpaling dari ilmu.
Ini pesan saya untuk para jamaah yang sangat saya cintai. Harapan saya kepada Allah agar senantiasa membimbing para jamaah ke jalan yang Allah ridhoi.
Adapun pesan saya kepada ashabul khidmah yang selama ini berjuang dengan tulus di jalan Allah, sungguh ketulusan kalian akan menempatkan kalian kepada derajat yang sangat tinggi di sisi Allah. Yang tulus diantara kalian dalam berjuang dan berkorban, maka sungguh apa yang kalian raih dari Allah tidak lebih kecil dari apa yang diraih oleh para guru yang berdiri di atas mimbar. Namun hal ini harus di dasari ketulusan, keikhlasan, penghambaan kepada Allah dan pengorbanan. Berusahalah untuk bertambah dalam ketulusan, keikhlasan, penghambaan kepada Allah dan pengorbanan. Jangan pernah kalian menoleh kepada dunia yang hina, kepada kedudukan yang tiada arti. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam bersabda di dalam Hadits sohihnya:
إنما الأعمال بالنيات و إنما لكل امرء ما نوى فمن كانت هجرته إلى الله و رسوله فهجرته إلى الله و رسوله و من كانت هجرته إلى الدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه
“Sesungguhnya amal perbuatan seseorang sesuai dengan niatnya (tujuan yang mendorongnya untuk berbuat) dan setiap orang akan diganjar sesuai dengan niatnya (tujuan yang mendorongnya untuk berbuat) maka barang siapa yang hijrahnya (dari Mekkah ke Madinah) kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya (akan menyampaikannya) kepada Allah dan RasulNya. Dan barang siapa yang hijrahnya hanya kepada dunia yang ia kejar, atau wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada yang ia tuju”.
Dan saya katakan kepada kalian, barang siapa dari kalian yang berkhidmah karena dorongan ketulusan, keikhlasan, penghambaan kepada Allah dan pengorbanan serta cinta yang mendalam kepada Allah dan RasulNya, maka khidmah dan pengorbanan kalian akan menyampaikan kalian bukan hanya kepada derajat yang tinggi, namun menyampaikan kalian kepada Allah dan RasulNya. Akan tetapi barang siapa dari kalian yang berkhidmah karena dorongan mencari keuntungan harta, kedudukan, jabatan, penghormatan dan hal-hal lainnya yang hina di mata Allah, maka hanya kehinaan yang akan kalian dapati.
Dan sungguh harapan saya kepada kalian sangat besar. Dan saya mengetahui bahwa banyak dari kalian atau mungkin sebagian besar adalah orang-orang yang tulus dan cinta kepada Allah. Dan pengorabanan kalian insyaallah akan menjadi penyebab husnul khotimah untuk kalian dan keberkahan besar dari Allah untuk anak dan keluarga kalian.
Adapun pesan saya kepada para dai yang ditunjuk oleh Al habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz dalam membimbing umat secara khusus di Majelis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam.
Ini adalah tanggung jawab besar yang Allah bebankan untuk antum. Amanat yang antum akan ditanya oleh Allah dan RasulNya serta guru-guru antum dan secara khusus Al habib Umar. Setiap gerak-gerik antum akan dituntut pertanggung jawabannya. Karena itu persiapkan jawaban antum untuk saat antum menghadap kepada Allah.
Siapa yang lebih suci dari kekasih Allah Nabi Isa ibnu Maryam? Namun Nabi Isa ibnu Maryam akan dihadapkan oleh Allah dan dituntut pertanggung jawabannya atas umatnya di hadapan Allah. Hal ini di ceritakan oleh Allah dalam Al Qur’an. Dan ayat-ayat tersebut membuat Nabi Muhammad menangis dan menangis. Dan saya yakin antum masih mengingat tangisan Al habib Umar saat membacakan ayat-ayat tersebut dalam solat Tarawehnya di bulan suci Ramadhan. Allah berfirman dalam Al Qur’an:
وَإِذْ قالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّي إِلهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قالَ سُبْحانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ.
مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلاَّ مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيداً مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ.
إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ.
قالَ اللَّهُ هَذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ خالِدِينَ فِيها أَبَداً رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ.
لِلَّهِ مُلْكُ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَما فِيهِنَّ وَهُوَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.
“Dan ingatlah ketika Allah mengatakan wahai Isa ibnu Maryam, apakah kamu mengatakan kepada manusia agar jadikanlah diriku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah? Berkata (Isa) maha suci Engkau, tidaklah pantas dan patut bagiku untuk mengatakan sesuatu yang bukan hak bagiku, jikalau aku mengatakannya maka sungguh Engkau mengetahuinya, Engkau maha mengetahui apa yang ada dalam diriku dan aku tidak mengetahui apa yang di dirimu, sesungguhnya Engkau maha mengetahui perkara-perkara yang gaib.
Aku tidak pernah mengatakan apapun kepada mereka melainkan hanya apa yang Engkau perintahkan kepadaku untuk aku ucapkan, yaitu sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian, dan aku menjadi saksi atas mereka semasa aku berada di tengah mereka, dan ketika engkau menyempurnakan anugrahMu kepadaku (dengan mengangkatku ke langit) maka Engkaulah yang menjadi pengawas mereka dan sungguh atas segala sesuatu Engkau Maha Menyaksikan.
Apabilah Engkau menyiksa mereka, maka mereka adalah hamba-hambaMu. Dan apabila Engkau mengampuni mereka maka sungguh Engkau Tuhan Yang Maha Mulia dan Maha Bijaksana.
Allah berfirman: Ini adalah hari dimana kejujuran (kesungguhan) orang-orang yang jujur dan bersungguh-sungguh membawa manfaat untuk mereka, dan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan mereka abadi di dalamnya, Allah meridhoi mereka dan mereka ridho kepada Nya dan sungguh itu adalah keberuntungan yang agung.
Milik Allah kerajaan langit-langit dan bumi dan segala apa yang ada di dalamnya, dan Dia di atas segala sesuatu Maha berkuasa”.
Inilah pesan saya kepada antum dan siapapun serta kapanpun yang akan memikul amanat agung ini. Harapan dan prasangka saya kepada antum dan kepada Allah sangat besar. Mudah-mudahan Allah muliakan antum dengan senyuman ridho Al habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, Mudah-mudahan Allah muliakan antum dengan senyuman ridho para guru-guru antum dan para salaf serta leluhur mulia antum, Mudah-mudahan Allah muliakan antum dengan senyuman ridho Nabi besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam. Dan harapan dari Allah adalah ridhoNya yang teragung untuk antum, saya, dan semua.
سبحان ربك رب العزة عما يصفون و سلام على المرسلين و الحمد لله رب العالمين
Ditulis oleh Ahmad bin Novel bin Salim bin Ahmad bin Jindan Ibn Asy Syeikh Abi Bakar bin Salim Ba’Alawi
Ahad 07 Dzofar Al Khoir 1436 H / 30 November 2014
Di atas wilayah udara Srilangka di perjalanan menuju Madinah Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam
Allahu Allah..sungguh terkesan sekali saya dengan penyataan al habib tentang pelepasan tanggungjawab MR…semoga Al Habib terus berjuang!
Subhanalloh, kasih sayangMu dan para kekasihMu kepada hambaNya adalah nikmat yang paling indah dihati mereka. Alhabib Ahmad bin Novel bin Salim terima kasih
Semoga Allah Ta’ala berikan keberkahan atas ilmu, USIA Dan hidup Habibana Ahmad…salam rindu Dan takdzim Dari alfaqir nan dhoif..