Suara hati saya Ahmad bin Novel bin Jindan dan apa yang saya rasakan dan yang dapat saya ungkapkan melalui tulisan tentang perayaan Maulid Akbar untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam.
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين و الصلاة و السلام على أفضل المرسلين حبيب رب العالمين سيدنا محمد أكمل الخلق أجمعين و على آله الطاهرين و صحبه المهتدين و التابعين لهم باحسان إلى يوم الدين
أما بعد
Sahabatku yang dirahmati Allah..!
Alhamdulillah alangkah indahnya hidup yang kita lalui saat ini, masa-masa yang berlalu yang kita lalui untuk menghadiri perayaan maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam di berbagai tempat dan khususnya di tempat-tempat yang berkah yang dahulu pernah dihadiri dan didirikan oleh para Awliya dan sholihin.
Diantara acara maulid yang kita hadiri adalah Majelis Gabungan yang saya asuh dan sekaligus maulid tahunan di rumah Al Ustadz Yudi. Alangkah tentram dan bahagianya hati ini. Demi Allah seakan kita tidak hidup di dunia. Seakan kita berada di taman surga, berpindah dari taman surga yang satu ke taman surga yang lain. Dari majelis wakaf Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan sabtu sore kemudian berpindah ke taman surga lainnya yaitu Majelis Gabungan sekaligus maulid tahunan di kediaman Al Ustad Yudi. Riwayat maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam dibacakan, qosidah-qosidah berisi syair pujian dan doan dilantunkan, rebana-rebana yang pukulannya menggetarkan hati dipukulkan. Dan kesemuanya bersambung dengan sanadnya kepada kaum solihin. Maulid Simthud Durar yang bersambung sanadnya hingga kepada Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi, Qoshidah-qoshidah yang dilantunkan oleh para munsyidin yang mengambil cara pembawaan qoshidah dari munsyidin yang sebelumnya yang dahulu melantunkan qoshidahnya dihadapan para awliya semacam Al Habib Ali bin Abdurahman Al Habsyi, bahkan pukulan rebanapun bersambung sanadnya dari pemukul-pemukul rebana yang juga dahulu memukulkan rebana di hadapan Al Habib Ali bin Abdurahman Al Habsyi dan para awliya lainnya. Teringat dengan pukulan-pukulan rebana di negeri hadramaut yang berwibawa dan mengetarkan hati. Ketentraman dalam hati yang tidak dapat digambarkan rasanya saat menghadiri acara-acara tersebut.
Maulid di Makam Kramat Al Habib Ahmad bin Alwi Al Haddad (Al Habib Kuncung). Alangkah berwibawa sekali acara maulid di Makam Kramat tersebut. Yang ada saat itu hanyalah air mata, kerinduan, harapan dan cinta. Tidak ada yang lain. Yang dirasakan saat itu hanyalah ketentraman, kebahagiaan. Tidak ada lagi yang lain, tidak ada tempat untuk politik dan kotorannya. yang ada hanya cinta, cinta kepada Allah, cinta kepada Rasulullah SAW dan cinta kepada para Awliya Allah. Orang-orang yang hadir saat itu hanya merasakan satu sama lain hati yang bersih, hati yang tidak kenal benci, hati yang tidak kenal dengki, hati yang Allah firmankan dalam Al Qur’an tentang penduduk surga:
و نزعنا ما في صدورهم من غل، إخوانا على سرر متقابلين
“Dan sungguh kami telah cabut dari dada mereka kedengkian, mereka adalah orang-orang yang saling bersaudara yang di atas singgasana yang empuk saling berhadapan”.
Suasana semacam inilah yang dirasakan saat itu. Nikmat, alhamdulillah, Keledzatan yang tiada tara.
Kemudian di hari rabu adalah ziarah Makam Kramat Guru Besar umat Islam yaitu Al Habib Ali bin Abdurahman Al Habsyi di Kwitang lepas solat Maghrib. Yang sebelumnya dari lepas asar acara Rauhah pembacaan kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama dan awliya serta qoshidah-qoshidah yang silih berganti dilantunkan dengan merdu yang berisi puji-pujian kepada Rasulullah serta doa-doa dan tawasul kepada kekasih-kekasih Allah. Mungkin banyak dari kita yang tidak memahami apa yang dilantunkan dan apa yang dibacakan, namun walau demikian tetap merasakan kenikmatan dan ketentraman yang tiada taranya. Ini yang kita rasakan sekalipun kita tidak memahami artinya, maka bagaimana jikalau kita ikut memahaminya.
Perayaan maulid di Majelis Ta’lim Kwitang, Al Habib Muhammad bin Ali bi Abdurahman Al Habsyi mengatakan bahwa arwah mereka para awliya semuanya hadir, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam sampai guru-guru dan para masyaikh kami semuanya hadir arwah mereka.
Sahabatku yang dirahmati Allah..!
Mata para awliya Allah adalah mata yang Allah sebutkan dalam hadits qudsinya:
فاذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به و بصره الذي يبصر به
“Apabila Aku telah mencintai hambaKu itu, maka Akulah yang menjadi pendengarannya saat ia mendengar, dan Akulah yang menjadi pandangannya saat ia melihat”.
Kita tidak dapat memandang apa yang dipandang oleh mata para kekasih Allah. Mata kalelawar tidak akan mampu melihat terangnya matahari.
Al Imam Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad mengatakan saat masuk ke kota suci Madinah:
و أشرقت الانوار من كل جانب
و لاح السنا من خير كل المقابر
“Saat aku memasuki kota suci Madinah, aku melihat cahaya yang terang benderang yang menerangi seluruh penjuru, dan aku menyadari bahwa cahaya agung ini bersumber dari pusara makam Rasulullah Shalla
Di dalam sejarah tercatat bahwa Al Habib Abdullah Al Haddad saat berumur 3 tahun menderita kebutaan. Namun bagaimana beliau menyatakan bahwa dirinya melihat cahaya yang terang benderang tersebut? Jawabannya adalah bahwa yang sebenarnya buta adalah mata kita yang telah ternodai dengan kemaksiatan dan sekali-kali bukan beliau.
Sahabatku yang dirahmati Allah..!
Kemudian taman surga lainnya dalam acara Maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam di MajelisTa’lim Al Afaf pimpinan Al Habib Ali bin Abdurrahaman As segaf. Dari sebelum subuh kita keluar dari rumah. Tidakkah kita merasakan nikmat? Berjalan di kegelapan dan kesunyian malam hanya untuk mencari ridho Allah, tatkala sebagian besar orang lelap tertidur. Rasulullah Shallalla
بشر المشائين في الظلم إلى المساجد بنور التام يوم القيامة
“Sampaikan kabar gembira untuk orang-orang yang berjalan kaki di kegelapan malam menuju masjid bahwa untuk mereka cahaya yang terang benderang di hari kiamat”.
Sahabatku yang dirahmati Allah..!
Bukankah sangat indah sekali saat melihat orang-orang yang berkopiah, pakaian putih-putih, berbondong-bondang berjalan dikegelapan malam, bertahajud, beristighfar, berdoa, bersimpuh di pintu Allah. Kemudian saat datang waktu subuh mereka semua sholat subuh berjama’ah. Bukankah ini merupakan pemandangan yang sangat indah?
Sahabatku yang dirahmati Allah..!
Inilah syi’ar islam yang sejati, yang telah dilupakan oleh sebagian besar umat islam dan menggantinya dengan umbul-umbul, bendera, baleho sebagai ganti dari syi’ar islam yang sesungguhnya. Inilah syi’ar islam yang hampir punah dan telah digusur oleh atribut-atribut semu. Syi’ar islam sejati semacam inilah yang tidak bisa ditiru oleh partai politik, negara-negara adidaya dan orang-orang yang rakus dengan dunia. Inilah syi’ar islam sejati. Syi’ar islam sejati adalah tahajud di malam hari. Syi’ar islam sejati adalah solat berjamaah di masjid. Syi’ar islam sejati adalah bahu membahu dalam menjalankan agama Allah dengan sebaik-baiknya yaitu dimulai dengan diri kita sendiri, keluarga dan kemudian masyarakat luas.
Sahabatku yang dirahmati Allah..!
Di saat kita menghadiri maulid di MAjelis Ta’lim Al Afaf, tidakkah kita merasakan nikmatnya solat tahajud? Tidakkah kita merasakan nikmatnya solat subuh berjamaah? Sungguh sangat berbeda dengan keadaan tidur lelap hingga tertinggal solat subuh dari waktunya.
Sahabatku yang dirahmati Allah..!
Acara maulid di Majelis Ta’lim Al Afaf memberikan pelajaran penting kepada kita tentang tahajud dan solat subuh berjamaah di masjid.
Kemudian berpindah ke taman surga lainnya. Hari jum’at Maghrib pembacaan Burdah di Al Hawi Condet. Surga saat itu berada di Al Hawi Condet. Pembacaan Burdah karya Al Imam Al Bushairy. Banyak teman-teman yang mengikutinya melalui radio streaming online. Saat mengikutinya dari streaming teman-teman juga merasakan kenikmatannya, maka bagaimana ketika hadir di dalamnya. Seperti yang saya katakan, surga berada di Al Hawi. Itu, mayoritas kita tidak memahami arti dari bait-bait burdah yang dilantunkan, maka bagaimana jika kita memahaminya? Allahu Akbar. Kenikmatannya hingga beberapa hari masih dirasakan. Apa arti malam pengantin dibandingkan malam Al Hawi?
Demikian halnya dipagi hari Al Hawi. Pembacaan kitab-kitab salaf dan kemudian dilanjutkan dengan arak-arakan menuju masjid dan setelah itu pembacaan sejarah dan sifat-sifat Baginda Agung Rasulullah SAW dari kitab maulid Simthud Durar. Sungguh seakan gambar nyata Rasulullah SAW nampak jelas di hati setiap yang menghadiri acara maulid di Al Hawi.
Kemudian, di Masjid Al Hawi di bagian depan dari ujung sampai ujung hadir para ulama. Wajah-wajah yang cerah dan bercahaya. Para Habaib keturunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam serta para alim ulama. Mereka bukan sembarang ulama, beberapa adalah murid-murid As Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki, beberapa yang lain adalah murid Al Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, beberapa yang lain adalah yang pernah belajar di Tarim Hadramaut, baik di Rubath Tarim di bawah bimbingan Al Habib Hasan bin Badullah Asy Syatiri, Al Habib Salim bin Abdullah Asy Asyatiri, maupun di Darul Mushtofa di bawah asuhan Al Habib Ali Al Masyhur bin Muhammad bin Salim bin Hafidz dan Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, dan beberapa yang menimba ilmu dari berbagai ulama lainnya. Beberapa dari mereka yang telah mengahabiskan lebih dari 25 tahun untuk menimba ilmu, dan beberapa lainnya sekitar 10 tahun. Ketika kita memandang wajah mereka yang bercahaya kita merasakan ketentraman maka bagaimana kalau kita kenal dekat dengan mereka?
Ambil ilmu dari mereka. Bersimpuhlah di pintu mereka. Tinggalkan sifat fanatik yang hanya akan mencoreng Islam. Yang hanya akan menodai persaudaraan antara umat islam. Ambil ilmu dan keberkahan dari setiap ulama yang istiqomah, yang bertaqwa, yang mengenal cinta dan peneladanan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam, yang memiliki sanad dan bersambung ikatan rantainya kepada para Awliya hingga kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam.
و كلهم من رسول الله ملتمس
غرفا من البحر أو رشفا من الديم
“Dan mereka semua mengambil dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam
Setetes dari hujan yang deras atau segenggam dari samudra yang luas”
Sahabatku yang dirahmati Allah..!
Setiap ahad pagi di Al Hawi selalu diadakan Majelis, sebagaimana di Kwitang Majelis Al Habib Ali bin Abdurahman Al Habsyi. Hendaknya kita hadiri majelis-majelis berkah tersebut.
kemudian berpindah ke taman surga lainnya. Surga ilmu dalam perayaan Haul Al Muhaddits Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan. Beliau adalah sosok yang dari sejak lahir hingga wafat senantiasa menghamba hanya kepada Allah. Hanya kepada Allah. Tidak pernah berharap kepada selain Allah dan tidak pernah mengenal takut kepada siapapun selain Allah. Mengambil ilmu dan keberkahan dari siapapun. Yang lebih tua, yang sebaya, bahkan mengambil dari yang lebih muda. Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan adalah seorang muhadits besar dan ilmunya bagaikan lautan, walau demikian beliau masih selalu belajar. Menimba ilmu kepada lebih dari 400 guru yang tersebar di berbagai penjuru dunia, sebagaimana yang pernah beliau nyatakan dan beliau tulis satu persatu nama-nama mereka dalam beberapa kitabnya. Dan salah satu gurunya adalah kakak perempuannya sendiri yang bernama Hubabah Khodijah binti Ahmad bin Jindan, wanita solehah yang merupakan salah satu guru terbaik yang mendidik beliau hingga menjadi manusia seperti itu. Hubabah Khodijah meninggal di usia sekitar 28 tahun. Inilah keadaan wanita-wanita solehah dahulu. Mereka berlomba-lomba untuk jadi bintang di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, berlomba-lomba untuk menjadi mulia di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam.
Al Habib Salim bin Hafidz adalah sahabat Al Habib Salim bin Jindan. Al Habib Salim bin Hafidz belajar kepada guru-guru yang sangat banyak yang kesemuanya beliau tuliskan dalam kitab-kitab beliau. Guru kami Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz mengatakan bahwa Al Habib Salim bin Hafidz dengan bangga menyatakan bahwa salah satu gurunya adalah anaknya sendiri yaitu Al Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz. Lihatlah, beliau tidak malu untuk belajar dari anaknya sendiri dan tidak malu untuk menyatakan bahwa gurunya adalah anaknya sendiri bahkan suatu kebanggaan untuknya. Yang seperti inilah yang harus kita jadikan sebagai contoh dan panutan.
Ambil ilmu dan keberkahan dari setiap ulama yang istiqomah, yang bertaqwa, yang mengenal cinta dan peneladanan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam, yang memiliki sanad dan bersambung ikatan rantainya kepada para Awliya hingga kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam, yang zuhud, yang berpaling dari dunia, yang jauh dari politik dan kotorannya. Sungguh kita tidak akan merugi. Tidak seorangpun yang mengetahui keridhoan Allah mengalir melalui selang yang mana? Siapa yang tahu?
Kemudian, berpindah ke taman surga yang lain. Taman surga di makam Kramat Luar Batang Al Habib Husain bin Abi Bakar Al Idrus, yang di tempat itu segala doa diijabah oleh Allah. Taman surga yang selanjutnya di Makam Kramat Kampung Bandan. Taman surga di Makam kramat Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad Tanjung Priuk. Taman surga di makam kramat Al Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas di Empang Bogor.
Sebagimana salah satu taman surga yang indah adalah Maulid agung di Masjid Al Munawar Pancoran. Dari sejak puluhan tahun yang lalu. Maulid di Masjid Al Munawar bukan sekedar maulid di masjid, namun maulid sekampung. Hari raya, lebaran, bahkan lebih dari lebaran. Setiap hari ahad terakhir bulan Rabi’ul Awwal, di waktu dzuhur. Lebih dari seratus ulama dari para kiayi dan para habaib berkumpul dan hadir dalam acara agung tersebut.
Hampir semua warga di sekeliling masjid Al Munawwar membuka rumahnya dan menyediakan masakan untuk para tetamu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam. Selepas acara maulid, para kiayi, para habaib, dan para tetamu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam keliling walau sebentar bersilaturahmi ke rumah warga. Lebaran dan hari raya. Lebarannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam.
Sahabatku yang dirahmati Allah..!
Maulid di Al Fachriyah yang merupakan salah satu dari taman surga. Setiap hari ahad kedua dari bulan suci Rabiuts Tasni. Dan khitasmul misk haul Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi di kota Solo. Ajak keluarga kita untuk menghadirinya. Menabung untuk menghadirinya. Apa yang kita raih dalam acara tersebut jauh lebih besar dari apa yang kita keluarkan untuk menghadirinya.
Sahabatku yang dirahmati Allah..!
Apa yang saya ceritakan tentang apa yang dirasakan dalam beberapa acara maulid agung ini hanyalah sedikit dari banyak. Setetes dari lautan. Mudah-mudahan Allah berikan kepada kita semua keberkahan.
Sahabatku yang dirahmati Allah..!
Ketika menghadiri acara-acara mulia ini hendaknya kita memasang niat yang baik, harapan yang besar kepada Allah, sebab segala doa diijabah oleh Allah.
Sahabatku yang dirahmati Allah..!
Akan tetapi yang paling penting dari ini semua adalah bagaiman keadaan kita setelah perayaan maulid? Harus ada perubahan menjadi lebih baik, harus semakin taqwa kepada Allah, harus semakin cinta kepada Rasulullah SAW, harus semakin jauh dari kemaksiatan. Setelah perayaan maulid sudah tidak boleh ada lagi kemaksiatan yang mendekam di dalam rumah tangga kita dan keluarga kita.
Berkata Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi:
ما شي كما مجمع المولد يجلي الكروب
ذا وقت توبتك يا العاصي اذا با تتوب
ذا وقت أوبتك يا شارد إذا با تؤوب
ذا الجمع لا شك تغفر به جميع الذنوب
“Tidak ada perkumpulan yang lebih indah dan dapat mengangkat kesulitan sebagaiman perkumpulan maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Aalihi Wa Shohbihi Wa Sallam.
Inilah saat taubatmu wahai tukang maksiat apabila engkau ingin bertaubat
Inilah saat kembalimu wahai yang kabur dari rahmat Allah jika engkau ingin kembali kepadaNya
Sebab inilah perkumpulan yang tidak diragukan bahwa segala dosa diampuni oleh Allah”.
Kemudian beliau juga mengatakan:
ذا مجمع الصدق شوا ذا من خيار الحزوب
يا حاضرين اسمعوا قولي و شلوه دوب
من بعد ذا اليوم با تستر جميع العيوب
من بعد ذا اليوم با تغفر جميع الذنوب
من بعد ذا اليوم مولانا علينا يتوب
يغفر زللنا و يمحو كل وزر و حوب
وقفة تقع ما كماها في بلاد السلوب
يحضر بها المصطفى و آله و أهل الغيوب
“Inilah perkumpulan sejati, renungkanlah bahwa inilah sebaik-baiknya perkumpulan
Wahai hadirin dengarkan ucapanku dan lantunkan bersamaku
Setelah hari ini akan ditutup oleh Allah segala kekurangan kita
Setelah hari ini akan diampuni Allah segala dosa kita
Setalah hari ini tuhan kita akan menerima taubat kita
Allah akan mengampuni dan menghapuskan segala dosa dan kesalahan kita
Perkumpulan ini tidak ada semacamnya di kota Seywun dan diberbagai negeri
Bagaimana tidak? Hadir di dalam perkumpulan ini Al Mushthofa Muhammad dan keluarganya serta arwah para wali”.
وصلى الله و سلم على سيدنا محمد و على آله و صحبه و التابعين و الحمد لله رب العالمين أولا و آخرا ظاهرا و باطنا
Malam sabtu 3 Rabiuts Tsani 1436 H / 23 Januari 2015
Di Kendawangan, Ketapang, Kalimantan Barat
Sahabatmu, Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan Ibn Asy Syeikh Abi Bakar bin Salim
#terimakasihAllah #terimakasihRasulullah #terimakasihalfachriyah
#RasulullahkamibersamaMu #harapan #kerinduan #baraqah #selawat
#AllahuAllah #KejernihanIslamImanIhsan #Kepulihan #Kebaikan
#AamiinAamiinAamiin #YaAllahYaRahmanYaRahimYaGhaffur
Alhamdullilah habib, ane dpt mengikuti beberapa maulid yg diadakan, ane merasa rosululloh ikut hadir juga sampai2 air mata menetes karena rindu ingin berjumpa rosullulloh untuk mendpt syafaatjya, Insya Alloh Alloh SWT mengabulkan hajat kita. AAmiin yRA. Syukron habib.