Jalsatul itsnain 17 Muharram 1436 H / 10 november 2014
Ceramah Habib Ahmad bin Novel bin Jindan
Perjalanan Hijrah Baginda Nabi Muhammad SAW
Ketika Beliau hijrah dari Kota Mekkah ke Kota Madinah, Beliau diusir bahkan diancam akan dibunuh oleh orang – orang kafir Quraisy. Tiada lain karena Beliau mengajak manusia ke jalan Allah SWT. Inilah cobaan bagi setiap orang yang berdakwah di jalan Allah. Setiap orang yang berdakwah di jalan Allah harus mendapatkan cobaan. Semakin tulus dia berdakwah, semakin berat cobaan yang ia hadapi. Dan siapa pun yang berdakwah di jalan Allah SWT, akan tetapi tidak mau menerima cobaan atau tidak bisa bersabar atas cobaan yang ia hadapi maka jangan pernah berharap dan pernah bermimpi dakwahnya tulus di jalan Allah SWT.
Sebab inilah Sunnatullah, inilah aturan Allah, inilah ketentuan Allah bahwasanya mereka berdakwah tulus di garis yang digariskan oleh Nabi Muhammad SAW harus mendapatkan cobaan. Kita lihat dalam peristiwa hijrah yang agung, peristiwa hijrah yang besar, yang mulia, yang hebat, mereka para sahabat Rasulullah SAW diusir dari negeri mereka. Nabi Besar Muhammad SAW, di malam Beliau keluar dari kota Mekkah terusir di kegelapan malam bersama Sayyidina Abu Bakar Ashiddiq berjalan sembunyi – sembunyi, sehingga ketika Beliau keluar dari kota Mekkah, Beliau menoleh ke arah Mekkah melihat kepada Ka’bah dan seraya dengain air mata berlinang Beliau mengatakan:
والله انك لاحب بلاد الله الى الله و الي و لولا ان قومك اخرجوني لما خرجت منك
“ Demi Allah, sungguh Engkau Wahai kota Mekkah adalah kota yang paling dicintai oleh Allah dan yang paling aku cintai. Dan Demi Allah kalau bukan karena pendudukmu mengusirku, aku tidak akan pernah meninggalkanmu “.
Rasulullah SAW diusir, akan tetapi ketika Beliau melangkah ke kota Madinah. Allah Ta’ala memberikan kepada Rasulullah SAW pembela – pembela kaum Anshor yang senantiasa teguh membela Nabi Besar Muhammad SAW.
pelajaran penting yang kita bisa petik dari pada peristiwa Hijrah Rasulullah SAW.
Yang pertama adalah tentang penanggalan hijriah. Ketahuilah kita kaum muslimin agama kita agama sempurna. Allah SWT mengatakan dalam Al-Qur’an :
اليوم اكملت لكم دينكم و اتممت نعمتي عليكم و رضيت لكم الاسلام دينا
“ Di hari ini AKU sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan AKU ridho bahwasanya Islam sebagai agama kalian “.
Nikmat ini sudah disempurnakan oleh Allah SWT untuk kita, agama Islam agama yang paling sempurna. Kita tidak butuh dari yang lain. Apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sempurna, segala hal Beliau mengajarkan kepada kita segalanya. Termasuk penanggalan pun kita dikasih identitas oleh Allah SWT.
Penanggalan ada 2 macam :
1. Penanggalan yang dihitung dengan peredaran matahari yang biasa disebut dengan Asy-Syamsyiah.
2. Penanggalan yang dihitung dengan peredaran bulan yang biasa disebut dengan Al-Qomariah.
Kedua – duanya disebutkan oleh Allah SWT berupa isyarat di dalam Al-Qur’an ketika Allah SWT menyebutkan tentang kisah Ashabul Kahfi. Ketika mereka diberikan keistimewaan oleh Allah, diberikan mukjizat atau karomah oleh Allah untuk mereka – mereka tidur di dalam goa selama 300 tahun atau Allah menyatakan di dalam Al-Qur’an 309 tahun.
ولبثوا في كهفهم ثلاث مائة سنين و ازدادوا تسعا
Didalam ayat Allah SWT mengatakan “ Mereka tinggal di dalam goa selama 300 tahun ditambah dengan 9 tahun “.
Bisa saja Allah mengatakan mereka tinggal di dalam goa selama 309 tahun dan selesai. Tapi tidak, Allah mengatakan mereka tinggal di dalam goa selama 300 tahun ditambah 9 tahun.
Ulama berkata, Ahli Tafsir menyatakan di dalam perhitungan penanggalan baik secara Syamsyiah maupun Qamariah. Perhitungan tanggal dengan peredaran matahari itu lebih panjang dari pada dengan peredaran bulan. Satu tahun peredaran tahun yang dihitung peredaran matahari itu lebih panjang dari pada satu tahun yang dihitung dengan peredaran bulan.
Sehingga itu kalau dihitung oleh para ulama, 100 tahun dengan hitungan peredaran matahari sama dengan 103 tahun dengan hitungan peredaran bulan. 100 tahun penanggalan atau hitungan dengan peredaran matahari sama seperti 103 tahun hitungan dengan peredaran bulan. 100 tahun Syamsyiah sama dengan 103 tahun Qamariah.
Allah SWT, menyatakan di dalam Al-Qur’an “ Bahwasanya mereka Ashabul Kahfi tinggal di dalam goa selama 300 tahun ditambah 9 tahun “
Ulama berkata apabila dihitung dengan penanggalan yang dihitung dengan peredaran matahari, maka mereka tinggal di dalam goa selama 300 tahun. Namun jika dihitung dari peredaran bulan maka mereka tinggal di dalam goa selama 300 tahun ditambah 9 tahun , 309 tahun.
Jadi kedua penanggalan tersebut diisyaratkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an, penanggalan secara Syamsyiah atau Qamariah kedua –duanya diisyaratkan oleh Al-Qur’an sebagaimana Firman Allah SWT.
Kedua penanggalan boleh kita gunakan, namun penanggalan mana yang menjadi identitas kita ?.
Allah SWT menyatakan di dalam Al-Qur’an
إن عدة الشهور عند الله اثنا عشر شهرا في كتاب الله يوم خلق الله سبع السماوات و الارض منها اربعة حرم
“ Sesungguhnya jumlah bulan sebagaimana yang ditetapkan adalah 12 bulan “. Sejak Allah menciptakan langit dan bumi, ini yang Allah bicarakan di dalam ini ayat 12 bulan peredaran matahari atau 12 bulan perdaran bulan ?.
Allah tidak mengatakan disini secara tegas, tapi di dalam kalimat berikutnya dinyatakan oleh Allah “ Diantara 12 bulan tersebut terdapat 4 bulan yang mulia dan suci “. Empat bulan suci ini ada di penanggalan hijriah, yaitu Bulan Rajab, Bulan Dzulqadah, Bulan Dzulhijah dan Bulan Muharram. Penanggalan Qamariah adalah penanggalan yang diakui oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an. Ini yang dibanggakan oleh Allah, ini yang dinyatakan oleh Allah dan inilah identitas kita kaum muslimin.
Kemudian dahulu Bangsa Arab, mereka menjadikan suatu peristiwa besar yang terjadi pada mereka sebagai patokan perputaran tahun. Contoh tahun masehi, kenapa dinamakan tahun masehi ?. Bernisbah kepada Al Masih yaitu Sayyiduna Isa bin Maryam lebih tepatnya dengan kelahiran Al Masih Isa ibnu Maryam. Sehingga kita sekarang tahun 2014 dari sejak kelahiran Al-Masih. Peristiwa kelahiran AL-Masih merupakan peristiwa besar sehingga menjadi patokan putaran tahun.
Demikian dahulu juga bangsa Arab, peristiwa – peristiwa besar mereka dijadikan sebagai patokan putaran tahun bagi mereka. Sehingga disebutkan dahulu jauh dari sebelum lahirnya Nabi Muhammad SAW, ada seorang tokoh besar dari kalangan bangsa Arab yang bernama Ka’ab bin Luay. Ka’ab bin Luay ini adalah kakeknya Nabi Muhammad SAW, Beliau adalah rujukan bangsa Arab, pemimpin bangsa Arab, orang yang dibanggakan oleh bangsa Arab.
Singkat cerita Beliau meninggal dunia dan wafat Beliau merupakan hal yang sangat menyedihkan bagi bangsa Arab. Sehingga wafatnya Ka’ab bin Luay dijadikan bangsa Arab sebagai patokan perputaran tahun mereka. Mereka katakan satu tahun berlalu dari wafatnya Ka’ab bin Luay, dua tahun dari wafatnya Ka’ab bin Luay dan begitu seterusnya. Dan wafat Ka’ab bin Luay dijadikan sebagai patokan perputaran tahun bagi bangsa Arab berlangsung selama kurang lebih 500 tahun. Hingga terjadi sesuatu peristiwa besar yang lainnya.
Yaitu tragedi dibinasakan oleh Allah pasukan bergajah. Ketika dibinasakan pasukan bergajah oleh Allah, tragedi besar, kejadian yang luar biasa, sehingga bangsa Arab sejak saat itu menjadikan tragedi pasukan bergajah sebagai patokan perputaran tahun setelah selama lebih dari 500 tahun mereka menjadikan wafatnya Ka’ab bin Luay sebagai patokan perputaran tahun.
Sehingga mereka katakan satu tahun dari sejak tragedi pasukan bergajah, dua tahun , tiga tahun dan seterusnya. Dan Nabi Muhammad SAW lahir beberapa hari atau beberapa bulan, dalam riwayat 40 hari, dalam riwayat 2 bulan setelah kejadian pasukan bergajah dibinasakan oleh Allah. Sehingga kita sering kenal Nabi Muhammad SAW lahir di tahun gajah.
Kenapa dinamakan tahun gajah ? apakah seperti yang sering kita dengan sebagai tahun kelinci dan tahun ayam ?. Tidak, tidak, namun karena pasukan bergajah dibinasakan oleh Allah SWT beberapa saat sebelum kelahiran Rasulullah SAW dan mereka jadikan tragedi pasukan bergajah sebagai patokan perputaran tahun. Hingga mereka katakan Nabi Muhammad SAW lahir pada tahun gajah tanggal 12 Rabbiul Awal. Dan ini berlangsung tidak lama, sekitar 8 tahun atau 9 tahun atau 12 tahun.
Kemudian terjadi lagi peristiwa yang menimpa bangsa Arab yaitu wafatnya seorang tokoh besar dikalangan bangsa Arab, siapa itu ?. Adalah Abdul Mutholib kakeknya Nabi Besar Muhammad SAW.
Ketika wafat Abdul Mutholib, bangsa Arab betul – betul terpukul sebab mereka memandang Abdul Mutholib kakeknya Rasulullah SAW adalah manusia suci, manusia yang agung dan manusia yang mulia. Bahkan dikenal Beliau sebagai Mujabud Da’wah, doanya selalu diijabah oleh Allah SWT. Tidak lain berkatnya Nabi Besar Muhammad SAW.
Seorang yang arif, seorang yang sholeh, yang disebutkan sebagai orang yang pertama kali beribadah di Goa Hiro sebelum Nabi Muhammad SAW adalah Abdul Mutholib kakeknya Rasulullah SAW. Hidup selama 140 tahun dan seumur hidupnya Beliau mengharamkan minuman keras terhadap dirinya sekalipun Islam belum datang.
Beliau orang yang sholeh Mujabud Da’wah, ketika wafat Abdul Mutholib bangsa Arab betul – betul terpukul sehingga mereka menjadikan wafatnya Abdul Mutholib sebagai patokan perputaran tahun mereka. Dan ini berlangsung agak lama, hingga akhirnya Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT sebagai utusan Allah, sebagai Nabi Allah SWT.
Kemudian Beliau hijrah ke kota Madinah. Saat Beliau hijrah peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW belum dijadikan bangsa Arab atau kaum muslimin sebagai patokan perputaran tahun hingga Beliau wafat.
Setelah Beliau wafat menjabat Sayyidina Abu Bakar Ashiddiq sebagai Khalifah, hingga di zaman Sayyidina Umar ibnu Khattab. Di zaman Sayyidina Ibnu Khattab ada suatu kejadian yaitu ada dua surat yang ditulis tanpa ada tanggalnya, sehingga terjadi permasalahan mana surat yang ditulis dahulu untuk dijalankan dan ditaati. Ketika kejadian ini menjadi dilema bagi Sayyidina Umar Ibn Khattab, beliau memanggil pembesar – pembesar sahabat diantaranya Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Sehingga dibicarakan apa yang patut kita jadikan sebagai patokan perputaran tahun bagi umat Islam sampai hari kiamat.
Beberapa sahabat mengatakan kita jadikan kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai patokan perputaran tahun, beberapa lagi yang mengatakan peristiwa Isra’ Mi’raj nya Rasulullah SAW sebagai patokan perputaran tahun, beberapa lagi mengatakan wafatnya Rasulullah SAW dan lain sebagainya.
Dan mereka punya pendapat masing – masing. Sampai terakhir Sayyidina Umar ibn Khattab bertanya kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Ya Ali bagaimana pendapatmu ?.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata dengan hijrahnya Rasulullah SAW. Sayyidina Umar tahu pendapat yang terbaik adalah pendapat Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Beliau bertanya kepada Sayyidina Ali, apa hujjahmu Wahai Ali ?.
Hijrahnya Rasulullah SAW sebagai patokan perputaran tahun untuk umat Islam, Beliau mengatakan Allah berfirman dalam Al-Qur’an ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke kota Madinah. Pertama sampai di Quba Beliau membangun Masjidnya yaitu Masjid Quba. Allah nyatakan di dalam Al-Qur’an
لمسجد أسس على التقوى من أول يوم أحق أن تقوم فيه
“Dan sungguh Masjid yang dibangun di atas pondasi taqwa sejak hari pertama, sungguh kau patut berdiri di atasnya “.
Disini Allah nyatakan tentang pembangunan Masjid Quba yaitu saat Nabi hijrah ke kota Madinah. Allah nyatakan engkau membangunnya dari sejak hari pertama, bukankah sudah banyak hari – hari dilalui oleh Nabi Muhammad SAW. Tapi disini disebut sebagai hari pertama, era yang baru , fase yang baru bagi kehidupan umat Islam hingga Yaumil Qiyamah.
Dari situlah ditetapkan oleh Sayyidina Umar ibn Khattab atas masukan dari Sayyidina Ali bin Abi Abi Thalib dan kesepakatan para sahabat, hijrah Baginda Rasulullah SAW sebagai patokan perputaran tahun bagi ummat Islam hingga Yaumil Qiyamah.
Inilah identitas kita, jangan sampai kita lupakan. Boleh kita memakai kalender masehi, tetapi utamakanlah penanggalan Qomariah karena Allah SWT sudah mengutamakan penggunaan penanggalan Qomariah, lebih lagi penanggalan ini adalah identitas umat Islam yang ditetapkan oleh para sahabat Rasulullah SAW.
Janganlah kita lupakan, Fayaalal Asaf. Sangat memalukan kita lebih hafal dengan bulan – bulan dari tahun masehi, sedangkan bulan – bulan dari tahun hijriah yang merupakan identitas kita dilupakan. Kita tidak ambil pusing, kita lebih hafal dengan ajaran yang datang dari luar Islam. Sedangkan ajaran kita yang kaya kita lupakan.
Asy-Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al-Bouti mengatakan hal yang demikian menandakan dan membuktikan bahwa kita kaum muslimin masih terjajah. Terjajah dengan pola pikir yang datang dari luar Islam, terjajah dengan ajaran yang datang dari kaum Kuffar ( Kaum Orang – orang Kafir ). Kita punya identitas, kenapa kita lupakan identitas kita.
Saya teringat beberapa tahun lalu ketika kita mengadakan Multaqo Ulama di Wisma DPR di Puncak bersama Yang Mulia Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz. Panitia pelaksana menulis banner di belakang acara Multaqo dari tanggal sekian sampai tanggal sekian. Disebut disitu tanggal masehi dan tangal hijriah, ketika Guru kami Al Habib Umar melihat kita memakai kedua – duanya.
Beliau memberikan masukan kepada kita semuanya, bagus kalian cantumkan tanggal hijriah namun lain kali jadikan tanggal hijriah di atas dan tanggal masehi yang kedua. Sampai segitunya, sebab inilah identitas kita.
Dari pelajaran hijrah, Ayyuhal Ikhwan kita pulang dari sini kita biasakan kalau menulis apa pun penanggalan mulai dengan tanggal hijriah kemudian setelah itu gunakan tanggal masehi tidak ada masalah. Tapi jangan pernah kita lupakan identitas kita, mungkin ini adalah pelajaran penting yang bisa kita bawa pulang program kita ini satu tahun ke depan membiasakan menggunakan tanggal hijriah yang merupakan identitas kita umat Islam. Mudah – mudahan kita dibimbing oleh Allah SWT.
Kemudian juga dari peristiwa hijrah yang bisa kita petik, Allah SWT menyebutkan di dalam Al-Qur’an tentang peristiwa hijrah tersebut. Sedikit banyak kita mendengarkan apa yang disampaikan oleh Al Habib Hamid bin Ja’far Al Qadri tentang kewajiban kita membela Allah SWT, membela ajaran Allah, membela syari’at Nabi Besar Muhammad SAW.
Ketahuilah pembelaan terhadap ajaran Allah adalah dengan mencurahkan segenap perhatian kita, kemampuan kita, segala yang kita miliki untuk menjalankan aturan – aturan yang diatur oleh Allah SWT. Membela agama Allah bukan hanya sekedar iklan yang diiklankan, membela agama Allah bukan hanya sekedar teriakan Allahu Akbar yang kita teriak – teriakkan di jalanan.
Tapi membela agama Allah SWT adalah dengan penghambaan diri yang seutuhnya kepada Allah. Penghambaan diri kepada Allah, tahu arti dari penghambaan diri kepada Allah ?. Setiap sholat 5 waktu selalu kita baca. Apa itu?
إن صلاتي و نسكي ومحياي و مماتي لله رب العالمين لا شريك له و بذالك امرت و انا من المسلمين
Inilah penghambaan diri kepada Allah, namun dzikir ini jangan kita ucapkan hanya sekedar ucapan lisan. Tapi fahami artinya, fahami maksudnya dan jalankan apa yang kita ikrarkan di dalam sholat. ikrar yang kita nyatakan di hadapan Allah dalam sholat kita, “ Ya Allah sesungguhnya sholat ku, ibadah ku, hidup ku semuanya, bahkan mati ku seluruhnya “ untuk siapa ?.
Untuk pacar ?, bukan!.
Untuk siapa ?.
Untuk Allah, Lillahi Robbil ‘Alamin.
Agama Islam yang kita perjuangkan. Apa arti Islam, kalau bukan penyerahan diri secara mutlak kepada Allah. Dan inilah yang diperjuangkan para sahabat Rasulullah SAW, apakah mereka memperjuangkan politik ?.
Tidak WAllahi, yang mereka perjuangkan adalah islam. Apa artinya Islam ?.
Islam yang sesungguhnya adalah penyerahan diri secara mutlak kepada Allah, penghambaan yang tulus kepada Allah. Agama Allah akan berkibar benderanya, sehebat apa pun tipu daya orang – orang kafir musuh – musuh Allah, sehebat apa pun tak – tik mereka, rencana mereka untuk memadamkan cahaya Allah.
Cahaya Allah akan terus terang, bendera Nabi Muhammad SAW akan terus berkibar di seluruh penjuru dunia mau atau tidak mau, diterima atau tidak diterima. Rasulullah SAW telah menyatakan dalam hadist shahih “Bahwasanya agamaku akan tersebar, tidak ada rumah yang didirikan dari batu, dari tanah, dari kayu melainkan agamaku akan masuk kedalamnya “. Ini yang dinyatakan oleh Rasulullah SAW.
Saat Beliau hijrah dari Mekkah ke Madinah dalam keadaan terusir, yang menemani Beliau di dalam hijrah hanya Sayyidina Abu Bakar Asyidddiq. Sejak Beliau hijrah ke kota Madinah hingga sekarang 1436 tahun kemudian bendera agama Islam terus berkibar, sehingga kita mencicipi agama Islam dengan mudah dan nikmat tidak sampai dilempari batu seperti yang dialami Rasulullah SAW.
Janji Allah bahwa agama Nabi Muhammad akan tersebar. Allah berjanji akan membela agama-NYA, Allah akan memenangkan Nabi-NYA Nabi Muhammad SAW. Ini janji Allah, 1436 tahun hingga Yaumil Qiyamah, dan kita akan melihat ini cahaya akan terus terang benderang tiada hentinya. agama Islam akan tersebar terus tiada hentinya sampai ke ujung penjuru dunia. Janji Allah yang tidak akan pernah meleset.
Tapi yang menjadi pertanyaan, ketika bendera Nabi Muhammad SAW berkibar, dimanakah kita berada?. Dimanakah kita ketika kemenangan datang untuk Nabi Muhammad SAW dan agama-NYA.
Apakah kita termasuk oleh orang yang menang atau kalah ?.
Apakah Kita bersama mereka yang membela ini agama atau bukan ?.
Sebab berapa banyak orang yang menganggap dirinya bersama Nabi Muhammad SAW tapi dia jauh dari Rasulullah SAW. Kita semua tahu diri kita, kalau ingin bertaubat inilah saatnya kembali kepada Allah.
Silahkan yang mau tidur atau sibuk dengan dunia, karena agama Islam akan berkibar dengan atau tanpa kita . Ajaran Allah akan tersebar dengan kita atau dengan orang lain, Allah tidak memerlukan kita.
Allah katakan di dalam Al-Qur’an
ان لا تنصروه فقد نصره الله اذ اخرجه الذين كفروا ثاني اثنين اذ هما في الغار اذ يقول لصاحبه لا تحزن ان الله معنا
“ Apabila kalian tidak mau membela-NYA, berpaling dari-NYA, sibuk dengan dunia kalian, sibuk mengejar harta dan kedudukan kalian, lupa, lalai, berpura – pura bodoh dari agama Allah, tidak mau peduli, kalau kalian tidak mau membela-NYA, Allah sudah membelanya (Nabi Muhammad SAW) “. Ingat ketika orang – orang kafir mengusir Nabi Muhammad SAW dari Mekkah hingga Beliau bersama sahabatnya Sayyiduna Abu Bakar Ashiddiq bersembunyi di dalam goa, saat ia mengatakan kepada sahabatnya “ Wahai sahabat ku, janganlah engkau bersedih karena Allah bersama kita “.
Beliau SAW berkata: Wahai Abu Bakar apa pendapat Mu kita berdua tapi ketahuilah Allah yang ketiga bersama kita.
agama Islam akan berkibar, Allah SWT memberikan peringatan kepada kita untuk berusaha menjadi orang yang membela agama Allah di dalam diri kita, rumah tangga kita, dan lingkungan kita. Mudah – mudahan kita dibimbing oleh Allah SWT, dijadikan oleh Allah SWT sebagai orang – orang yang setia, yang tulus kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Mungkin ini beberapa pelajaran penting yang bisa dipetik dari hijrahnya Rasulullah SAW, selebihnya dapat diikuti acara daurah tentang HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW melalui website www.alhabibahmadnoveljindan.org atau Youtube, ambil manfaat dari semua materi yang ada disana. Mudah – mudahan Allah memberikan keberkahan untuk kita semua, dibukakan hati kita oleh Allah menjadi pembela – pembela Nabi Besar Muhammad SAW.
Minggu depan InsyaAllah kita akan berkumpul di Monas untuk bermunajat kepada Allah dan mengharap keridhaan Allah, untuk memancing karunia dan pertolongan Allah SWT. Ketika kita berkumpul bersama para kekasih, orang – orang yang dimuliakan Allah SWT yaitu dengan kehadiran Guru kita Ad-Dai ilAllah Al-Alamah Al-Arif Billah Syeikhuna Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz.
Semoga Allah berikan kemudahan untuk kedatangan Beliau dan mudah-mudahan kita semua mendapatkan keberkahan yang besar dari Allah dengan kehadiran Beliau. Demikian juga untuk acara yang akan kita hadiri di kediaman orang tua kita Ad-DailAllah AlHabib Muchsin bin Idrus Al Hamid dalam acara Haul Al-Arif Billah Al-Qutub Fakhrul Wujud Sayyiduna Syaikhuna Abi Bakar bin Salim.
Ketika kita menghadiri acara – acara yang dihadiri para aulia Allah, kita pasang niat yang bagus, karena disaat – saat semacam itu doa – doa diijabah oleh Allah SWT, semua harapan dikabulkan oleh Allah SWT. Sebab diperkumpulan semacam itu, doa – doa kita disampaikan oleh para Malaikat kepada Allah SWT. Malaikat memberikan laporan kepada Allah, “Ya Rabb, fulan hadir, Ya Rabb fulan berdoa memohon kepada MU dimasukkan ke dalam surga, dijauhkan dari neraka, dan ia mempunyai hajat ini – itu “.
Minta kepada Allah “Ya Rabb, saya mau menyenangkan hati Nabi Muhammad SAW
Minta sama Allah “Ya Rabb, saya mau menjadi orang yang bertaqwa“.
Minta sama Allah “Ya Rabb, saya mau mengikuti sunnah – sunnah Nabi Muhammad SAW“.
Saya lemah, saya manusia yang banyak salah, minta kepada Allah
“Ya Rabb, saya ingin jauh dari maksiat“.
“Ya Rabb, saya ingin istiqomah“.
“Ya Rabb, saya ingin menjadi orang yang KAU sayangi“.
“Ya Rabb, saya ingin mengenal penghambaan kepada MU“.
Minta kepada Allah “Ya Rabb, jadikan anak – anak saya orang – orang yang taqwa yang bisa dibanggakan di dunia dan akhirat“.
Dahulukan permintaan urusan akhirat dibandingkan urusan dunia karena urusan akhirat jauh lebih penting, kebutuhan dunia yang diminta atau yang tidak minta pasti diberikan oleh Allah SWT. Tapi kalau urusan akhirat harus minta kepada Allah “Ya Rabb, saya ingin Khusnul Khotimah“.
Ini saatnya minta kepada Allah, kita minta kepada Allah SWT agar masuk surga bersama Nabi Muhammad SAW. Kalau lihat diri kita, sungguh tidak pantas kita masuk surga, kita tahu diri bahwa diri kita banyak kurang, banyak maksiat, namun kita hanya bisa berharap dan inilah saatnya.
Al Habib Ali bin Hasan Al Athos berkata Mudah – mudahan bersama kelompok yang besar ini hajat – hajat kita dikabulkan Allah SWT.
Kita meminta kepada Allah, kemudian yang lebih penting dari itu semua, kita minta untuk urusan kaum muslimin. Saat ini kalau kita melihat, keadaan kaum muslimin sangat berat. Musibah dimana – mana, bala menimpa kaum muslimin di berbagai tempat, darah kaum muslimin sudah tidak ada harganya lagi.
Penyebabnya kadang dari kaum muslimin yang berpaling dari ajaran Allah, yang satu sama lain saling mendengki mengatas namakan agama, saling membunuh mengatas namakan agama, yang ini saling membenci, yang ini saling bertempur, yang ini saling menumpahkan darah yang lain atas nama Laa ilaa haillAllah…
Yang bertepuk tangan bahagia adalah mereka musuh – musuh Allah, sementara kita dihancurkan dari dalam.
Yang bisa menyatukan kita hanya Allah, yang bisa mendamaikan kita hanya Allah, kita minta kepada Allah, kita pasang niat. kalau kita mendoakan keadaan kaum muslimin, maka urusan kitapun akan didahulukan oleh Allah SWT, jangan takut.
Kita meminta kepada Allah, khususnya dalam pertemuan perkumpulan sebesar ini berkat Syech Abu Bakar Bin Salim, berkatnya para Aulia Allah SWT.
Minta (keringangan), keadaan kita sudah sangat berat
Minta (keringanan), keadaan umat Islam sudah sangat berat.
Kita masih terjaga hingga saat ini, tidak lain karena berkat Nabi Muhammad SAW.
Ya Rabb, mudah – mudahan.. Jika Allah mau mengubah, sangat mudah bagi Allah. kalau Allah ingin memperbaiki dengan cara yang tidak kita tahu, niscaya akan berubah menjadi lebih baik.
Siapa yang tahu ?.
Mudah –mudahan berkat kedatangan mereka para ulama, para sholihin di negeri kita. Keadaan negeri kita menjadi lebih baik oleh Allah SWT. Pasang niat kita yang bagus, harapan kita kepada Allah SWT. Kemudian juga apa yang kita dengar dari nasehat, himbauan dan arahan mereka, kita catat dan kita jadikan pedoman kehidupan kita sampai kita meninggal dunia.
Atas sebab kedatangan mereka, insyaAllah membawa rahmat dan kemenangan besar bagi umat Islam. Tapi arahan mereka adalah penyebab turunnya rahmat dari Allah. Nasehat mereka yang kita jalankan adalah penyebab utama turunnya rahmat dan diampuni segala dosa – dosa kita oleh Allah SWT.
Jalankan nasehat mereka sebaik – baiknya, jadikan nasehat mereka sebagai pedoman dalam kehidupan kita. Mudah – mudahan Allah bimbing kita ke jalan yang diridhoi-NYA, dan Allah berikan kemudahan bagi kita sekalian, Allah berikan kemudahan, Allah berikan rahmat, Allah kabulkan semua hajat kita.
Mudah – mudahan mereka (para ulama, wali, dan sholihin) gembira melihat keadaan kita yang mengikuti ajaran Nabi Besar Muhammad SAW..
Amin Ya Robbal ‘Alamin..
18 Muharram 1436 H