Allah SWT senantiasa menginginkan untuk mengusir sifat keterpedayaan kita dari dalam jiwa kita. Karena keterpedayaan itu merupakan cikal bakal timbulnya kekafiran. Selagi manusia terpedaya oleh dirinya dan mengira dirinya tidak lagi memerlukan bantuan Allah, maka sulit baginya tunduk kepada Allah dan kembali mencari ridha-Nya. Bagaimana mungkin ia mau menoleh kepada Allah selagi dirinya merasa mampu dengan sendirinya untuk melakukan apa saja yang ia kehendaki?
AllahSWT dengan rahmat kasih sayang-Nya hendak melindungi hamba-hamba-Nya dari keterpedayaan diri yang menjauhkannya dari Allah. Maka, Allah SWT mengingatkan mereka bahwa lidah tidak mungkin bisa berucap kalau bukan karena izin Allah. Mata tidak mungkin bisa melihat kecuali dengan izin Allah. Kaki pun tidak akan bisa berjalan seandainya tidak ada izin dari Allah.
Berbagai aliran filsafat yang berintikan logika berbeda penilaian dalam menafsirkan kekuasaan Tuhan. Ada aliran filsafat yang mengatakan: Kekuasaan Tuhan sesungguhnya tiada lain kecuali tercermin pada keberadaan alam yang permanen yang tegak di atas sistem yangcermat dan akurat yang tidak pernah mengalami perubahan dan gangguan sedetik-pun.
Aliran filsafat yang lain mengatakan: Bahwa alam raya yang diciptakan Tuhan ini tiada lain kecuali sesuatu yang mengalami perubahan, bukan bersandarkan pada kecermatan dan gerakan yang monoton saja, karena itu semua memang merupakan mekanisme gerakan yang rutin, tetapi Tuhan mempunyai ketentuan untuk menjadikan alam Ini bisa berganti dan berubah sesuai dengan kehendak-Nya, dan kehendak Tuhan itu tidak mungkin terikat oleh ketentuan undang-undang dan mekanisme gerakan yang tidak mengalami perubahan, yang menjadikan alam raya ini terikat pula oleh ketentuan undang-undang yang bersifat permanen. Namun demikian perubahan itu tetap memberi pengertian kebebasan kekuasaan Tuhan pada alam raya ini.
Meskipun dua teori filsafat tersebut berlawanan, namun Allah SWT telah mewujudkan ini dan menciptakan itu, maka Dia jadikan kecermatan penciptaan pada alam atas dan Dia jadikan perubahan pada alam bawah untuk membuktikan bahwa Dia mempunya kecermatan dalam penciptaan sekaligus kebebasan dalam kekuasaan-Nya.
Itulah sebabnya, orang-orangyang tampak punya gangguan fisik atau cacat badan yang tidak banyak jumlahnya mengindikasikan kebebasan kekuasaan Allah di alam raya ini, selain mengindikasikan bahwa Dia menciptakan sesuatu apapun yang dikehendaki-Nya, dan bahwa segala sesuatu adalah bersumber dari-Nya. Jika Dia berkehendak, maka Dia mengadakannya, dan jika Dia berkehendak, maka Dia melenyapkannya.
Sebagian orang bertanya : Apa gerangan dosa orang-orang yang ditakdirkan cacat fisik itu? Kami katakan kepada mereka : Allah SWT hendak memberi kompensasi kepada mereka dengan berbagai bakat yang membuat mereka merasa sejajar dengan sesamanya yang sehat dalam keistimewaan. Allah memberikan kemampuan luar biasa kepada mereka yang dapat menggantikan kekurangan yang mereka alami. Allah membukakan pintu hati para hamba-Nya untuk menjadikan mereka sebagai tempat perhatian dan kepedulian bagi semua. Oleh karena itu ada ungkapan yang mengatakan:
كل ذى عاهة جبار
(Setiap orang yang menyandang cacat fisik adalah perkasa) karena Allah SWT memberinya kemampuan sebagai kompensasi atas sesuatu yang hilang dari padanya, sehingga ia unggul dalam beberapa hal yang tidak mampu diraih oleh orang-orang yang sempurna fisiknya.
Contohnya banyak sekali, di antaranya Timur lenk, (Tamerlane), seorang pincang yang membingungkan dunia berkat taktik dan strategi yang dimilikinya dalam berbagai pertempuran. Meskipun ia cacat fisik, namun ia memiliki kemampuan di bidang kemiliteran yang mengungguli kebanyakan para militer yang berbadan sempurna, sehingga ia mampu menyerbu dan mengalahkan mereka.
Sumber : Terj. Al Khoir wa Syar
karya As-Syeikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi