Maksudnya adalah pertanyaan orang awam tentang sifat-sifat Allah, kalam-Nya dan huruf Al-Quran apakah bersifat qadim atau hadits (baru). Padahal, yang paling penting untuk dilakukan oleh orang awam adalah mengamalkan apa yang ada dalam Al-Quran. Hanya saja yang demikian itu berat bagi jiwa. Sedangkan melakukan hal-hal remeh dan tak berarti itu sangat mudah bagi jiwa. Bahkan tidak jarang mereka bergembira dengan terjun langsung dalam kajian ilmu karena bisikan setan dalam jiwanya dengan berkata, “Kami ini termasuk ulama dan orang mulia.” Sehingga ia berbicara tentang ilmu yang dapat menjerumuskannya ke dalam kekufuran karena kebodohannya.
Yang paling penting bagi orang awam sebenarnya adalah menyibukkan diri dengan ibadah, beriman terhadap apa yang ada di dalam Al-Quran, dan menerima apa yang dibawa oleh para Rasul, tanpa melakukan pembahasan.
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda, “Jangan tanyakan kepadaku tentang sesuatu yang aku tinggalkan (tidak aku jelaskan) untuk kalian. Sesungguhnya umat sebelum kalian binasa karena banyak bertanya dan berselisih dengan nabi-nabi mereka. Apa yang aku larang, maka jauhilah; dan apa yang aku perintahkan, lakukanlah sebatas kemampuan kalian.”
Dalam hadits lain disebutkan, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam melarang banyak bicara, menyia-nyiakan harta dan banyak bertanya.
Pertanyaan orang awam tentang urusan-urusan yang sulit termasuk di antara bahaya yang paling besar yang dapat menimbulkan fitnah.
Wallahu a’lam.[]
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz