Lihatlah, target dan sasaran musuh-musuh Islam itu kini semakin tampak jelas ketika mereka memanggil umat Islam dengan sebutan “Muhammadist” atau “Mohammedan” sebagai ganti kata “muslim”.
Di mana sebenamya posisi penyesatan citra Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam ini jika kita teliti lebih lanjut realita historis dengan menggunakan logika dan objektivitas? Berikut uraiannya.
Pertama, Dengan menganalisis fenomena wahyu dalam kehidupan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu, kita akan melihat karakter paling menonjol dalam kehidupan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam adalah kenabian beliau sendiri. Hal itu tentu tidak perlu diragukan lagi. Sementara itu, kenabian (nubuwwah) merupakan salah satu fenomena gaib yang tidak sepenuhnya dapat ditangkap indra manusia yang terbatas. Dengan begitu, pengertian “mukjizat” juga termasuk salah satu karakter utama Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Menafikan mukjizat dan kejadian adi-alami yang dialami Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam berarti menghancurkan pengertian nubuwwah itu sendiri dan menghapusnya dari kehidupan beliau. Selanjutnya, berarti mengingkari agama Islam.
Tidak semua orientalis secara terang-terangan menampakkan tujuan busuk yang ingin dicapai. Sebagian besar mereka hanya berulang kali menjelaskan kecerdasan, keberanian, atau kepiawaian berpolitik Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Disadari atau tidak, mereka sebenamya menggiring kita pada tujuan mereka.
Selain menggunting dalam lipatan, ada pula orientalis yang secara terang-terangan menunjukkan tujuan busuk yang ingin dicapai. Syibli Syamil, misalnya, secara terang-terangan menyatakan bahwa iman kepada agama adalah iman kepada mukjizat yang mustahil terjadi.” 48
Jika pokok agama sudah diragukan, bahkan diingkari, dipercaya-tidaknya mukjizat sudah tidak perlu dibahas lagi.
Kedua, Dengan menelisik sirah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan rangkaian peristiwa yang dikandungnya, kita akan menemukan sekian banyak fakta bahwa Allah Swt. telah memberi begitu banyak mukjizat kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk mengingkarinya sebab sebagian besar berita mukjizat itu sampai ke tangan kita lewat berbagai jalur periwayatan yang sahih dan mutawatir. Menurut akal sehat, semuanya mencapai derajat meyakinkan dan qath’i.
Di antara hadits yang berbicara tentang mukjizat itu menuturkan bahwa dari sela-sela jari Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam keluar air jernih. Mukjizat yang satu ini disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari pada bagian kitab al-wudhu, Shahih Muslim pada bagian kitab al-fadhail dan Muwaththa’ Imam Malik pada bagian kitab ath-thaharah, serta beberapa sumber lainnya yang diriwayatkan melalui jalur sanad yang berbeda-beda. Karena terdapat banyak jalur periwayatan (sanad) yang menyampaikan hadits ini, Imam Az-Zarqani dan Imam Al-Qurthubi menyatakan, “Peristiwa keluarnya air’ dari jemari Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam muncul berulang kali di berbagai wilayah yang disaksikan banyak orang. Peristiwa ini diriwayatkan melalui banyak jalur periwayatan. Semuanya melahirkan pengetahuan qath’i karena kedudukan hadits-hadits tersebut yang mutawatir.”49
Selain itu, mukjizat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam yang dituturkan dalam hadits adalah terbelahnya bulan ketika orang-orang musyrik meminta hal itu kepada beliau. Salah satu hadits tentang terbelahnya bulan ini diriwayatkan Imam Al-Bukhari dalam kitab Ash-Shahih pada bagian kitab ahadits al-anbiya, Imam Muslim pada bagian kitab shifat al-qiyamah, dan beberapa ulama hadits yang lain. Imam lbnu Katsir menyatakan, “Perkara (terbelahnya bulan) ini diturunkan banyak hadits mutawatir dengan sanad yang sahih ….” Alhasil, kebenaran tentang kejadian luar biasa ini telah disepakati banyak ulama. Tak diragukan lagi peristiwa ini terjadi pada masa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam masih hidup dan menjadi salah satu mukjizat beliau. 50
Mukjizat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam yang lain adalah Isra’ Mi’raj. Sebagian besar hadits yang membicarakan peristiwa ini diriwayatkan oleh muttafaq ‘alaih sehingga kebenarannya tidak perlu disangsikan lagi. Bahkan, berdasarkan hadits-hadits tersebut, jumhur ulama sepakat meyakini Isra’ Mi’raj sebagai salah satu mukjizat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam.
Sungguh mengherankan, di satu sisi orang-orang menganggap Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam adalah sosok jenius, tetapi di sisi lain tidak mengakui beliau memiliki mukjizat. Mereka seperti pura-pura tidak mengetahui keberadaan hadits yang berbicara tentang mukjizat ini yang sebagian besar mencapai derajat mutawatir. Dalam arti kata, kandungannya bisa dipastikan sahih dan qath’i. Tak ada pembahasan apa pun tentang hadits-hadits ini, padahal diriwayatkan melalui lebih dari sepuluh jalur.
Kepura-puraan mereka jelas dilandasi rasa takut memunculkan paradoks sebab hadits-hadits tersebut bertentangan dengan teori yang meracuni kepala mereka.
Ketiga, jika diteliti lebih jauh, kata ‘mukjizat’ sering kali dimunculkan bukan dalam pengertian yang sebenarnya. Dalam banyak tradisi, kata “mukjizat” didefinisikan sebagai segala sesuatu di luar kebiasaan dan kewajaran.
Padahal, kriteria wajar selalu berubah-ubah, mengikuti perubahan waktu dan masa. Selain itu, juga berbeda-beda, mengikuti perbedaan tingkat peradaban dan pengetahuan manusia. Buktinya, berapa banyak perkara yang sebelumnya dianggap sebagai “mukjizat” (ajaib), tetapi sekarang dianggap sebagai hal yang “wajar”. Sebaliknya, berapa banyak perkara yang sebenarnya sangat ‘biasa’ di tengah peradaban modern yang maju, namun masih dianggap sebagai “mukjizat” oleh orang-orang dusun yang terbelakang tingkat pengetahuannya.
Jika batasannya seperti itu, akal sehat akan mengatakan, semua hal yang wajar dan tidak wajar pada dasarnya adalah “mukjizat”.
Planet-planet adalah mukjizat. Gerak orbit benda-benda langit adalah mukjizat. Hukum gravitasi adalah mukjizat. Urat saraf manusia adalah mukjizat. Sistem sirkulasi darah adalah mukjizat. Ruh adalah mukjizat. Bahkan, manusia itu sendiri adalah mukjizat. Lihatlah, betapa peliknya ilmuwan Prancis, Chito Bryan, ketika menyatakan bahwa manusia adalah “makhluk metafisik” atau “makhluk gaib” yang penuh misteri.
Karena pemahaman keliru yang berlangsung selama berabad-abad, rupanya manusia telah lupa anti mukjizat yang sesungguhnya. Mereka menganggap mukjizat itu hal yang “tidak biasa” saja. Lebih buruk lagi, manusia menggunakan “kebiasaan” sebagai tolok ukur untuk menentukan apakah ia akan mengimani atau mengingkarinya. Ini benar-benar bodoh, sehebat apa pun peradaban dan ilmu pengetahuan yang mereka capai.
Dengan sedikit berpikir, manusia sebenarnya dapat mengetahui dengan jelas bahwa Tuhan yang telah menciptakan mukjizat dalam semesta ciptaan-Nya ini amatlah mudah bagi-Nya untuk menambahkan sebuah mukjizat lain atau melakukan sedikit “modifikasi” terhadap hukum alam yang Dia ciptakan sendiri.
Seorang ilmuwan Inggris pemah menuangkan hasil renungannya tentang masalah ini dalam pernyataannya sebagai berikut.
Kuasa yang telah menciptakan alam semesta pasti sangat sanggup untuk menghilangkan sesuatu dari ciptaan-Nya atau menambahkan sesuatu. Selanjutnya, amatlah mudah untuk menyatakan bahwa (perubahan) itu tidak pernah terbayangkan oleh akal. Akan tetapi, sesuatu yang dianggap tidak pernah terbayangkan oleh akal itu bukan sama sekali tidak terbayangkan oleh akal hingga mencapai keberadaan semesta itu sendiri.”
Maksud dari pernyataan tersebut adalah andai kata alam semesta ini tidak pemah ada, lalu dikatakan kepada orang yang tidak percaya keajaiban dan tidak pernah membayangkan bahwa alam ini ada, “Akan ada alam seperti ini.” la pasti akan menjawab bahwa hal itu tidak pernah terbayangkan. Orang yang dungu pasti akan menafikan kemungkinan adanya alam ini, sebagaimana ia menafikan keberadaan mukjizat.
Pemahaman seperti inilah yang wajib diketahui semua pengikut Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam berkenaan dengan Nabi yang mereka cintai dan semua mukjizat yang beliau miliki.
48“Dr. Syibli Syamil mengeluarkan pernyataan ini dalam kata pengantar buku Louis Bekhner tentang teori evolusi Darwin yang ia terjemahkan ke dalam bahasa Arab.
49 Lihat: Az-Zarqani ‘Ala Al-Muwaththa’, 1/65
50 Tafsir Ibnu Katsir, 4/261
———–
Sumber : Fiqih Sirah karya Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi