Jalsatul Itsnain adalah pengajian yang pada mulanya dirintis oleh Yang Mulia Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz di kota Tarim. Sekitar lebih dari 20 tahun yang lalu. Jalsatul Itsnain diadakan setiap hari senin 1 jam selepas adzan Isya dan berpindah-pindah di kota Tarim. Pada awalnya berpindah-pindah di rumah-rumah jamaah, dan hanya dihadiri oleh belasan orang saja.

Susunan acaranya sangat sederhana, Al Habib Umar meminta salah seorang muridnya membacakan beberapa ayat suci Al Qur’an, kemudian dilanjutkan oleh muridnya yang lain dengan membaca satu Hadits Baginda Nabi Muhammad SAW dan diteruskan dengan pembacaan Qosidah dari ucapan kaum sholihin. Setelah itu baru beliau berceramah dan kemudian ditutup dengan pembacaan Al Fatihah. Sekitar 1-2 jam berlangsungnya acara.

Dari belasan orang dan berpindah di beberapa rumah hingga menjadi puluhan dan kemudian ratusan orang hingga mencapai ribuan yang menghadirinya. Dari rumah ke rumah hingga berpindah ke lapangan yang lokasinya berpindah-pindah di kota Tarim. Hingga saat ini Jalsatul Itsnain dihadiri oleh puluhan ribu jamaah dari kota Tarim dan sekitarnya.

Susunan acara tidak berubah dari awal berdiri hingga saat ini, hanya saja yang dahulu hanya ceramah umum, maka kemudian disempurnakan dengan pembahasan Tafsir Al Qur’an oleh Al Habib Umar. Dan apabila ada tamu ulama maka beliaupun akan diminta untuk ikut memberikan taushiyah dan nasehatnya. Terkadang pada moment tertentu pembahasan Tafsir Al Qur’an ditiadakan untuk pembahasan yang sesuai dengan moment saat itu.

Sebagaimana di bulan suci Ramadhan Jalsatul Itsnain diadakan lepas Asar hingga sebelum maghrib agar tidak mengganggu kegiatan Taraweh dan ibadah para jamaah di malam hari pada bulan suci Ramadhan yang agung. Bahkan pada keadaan tertentu Jalsatul Itsnain diliburkan seperti ketika ada acara tahlilan wafatnya seorang ulama, hujan, dan keadaan tertentu lainnya. Sebagaimana ketika Al Habib Umar berhalangan hadir maka akan digantikan oleh kakak beliau yang mulia Al Mufti Al Habib Ali Al Masyhur bin Muhammad bin Salim bin Hafidz atau oleh beberapa murid senior beliau.

Jalsatul Itsnain disiarkan melalui radio, website, dan saat ini juga disiarkan oleh beberapa stasiun televise. Bahkan Jalsatul Itsnain telah tersebar hingga ke berbagai penjuru hingga ke Indonesia oleh murid-murid Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz. Persis sebagaimana yang pernah dahulu Al Habib Umar sampaikan bahwa Jalsatul Itsnain akan melahirkan lebih banyak Jalsatul Itsnain lainnya di berbagai penjuru.

Tahun 1998 ketika gelombang pertama murid-murid Al Habib Umar kembali ke Indonesia, dan mereka semua memulai dakwah di jalan Allah sesuai bimbingan dan tuntunan Al Habib Umar. Apa yang mereka dapatkan di kota Tarim mereka terapkan dan jalankan di tempat masing-masing termasuk mengadakan Jalsatul Itsnain, acara pembacaan maulid pada malam jumat dan beberapa aktifitas dakwah lainnya yang mereka terima dari Al Habib Umar.

Di Ibu Kota Jakarta. Al Habib Mundzir bersama beberapa sahabat beliau, seperti Al Habib Quraisy bin Qosim Baharun dan Al Habib Jindan bin Novel bin Jindan serta teman-teman yang lain bersama-sama merintis kegiatan dakwah yang mereka dapat dari Al Habib Umar termasuk Jalsatul Itsnain.

Sebagaimana Al habib Umar di kota Tarim, Al Habib Mundzir bersama kawan-kawan beliau merintis Jalsatul Itsnain dari kecil dan belasan orang serta berpindah dari rumah ke rumah. Kawan-kawan satu sama lain saling mendukung dan melengkapi. Hingga Jalsatul Itsnain mulai berkembang. Dengan berjalannya waktu, kesibukan berdakwah teman-teman dan kegiatan mereka serta program dakwah menjadi padat dan banyak serta menjadi berbagaimacam. Hingga akhirnya Al Habib Mundzir lebih fokus kepada Jalsatul Itsnain yang kemudian berkembang menjadi Majelis Rasulullah SAW sedangkan teman-teman beliau mendukung dari belakang layar.

Kerinduan murid-murid Al Habib Umar yang kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan belajarnya di kota Tarim terobati dengan kehadiran mereka di Jalsatul Itsnain yang dirintis oleh Al Habib Mundzir dan rekan-rakannya yang merupakan suatu kesatuan dengan Jalsatul Itsnain yang dirintis oleh Al Habib Umar di kota Tarim. Bahkan Al Habib Umar dalam suatu kesempatan saat berceramah di Jalsatul Itsnain di kota Tarim mengatakan dihadapan jamaah “Beberapa waktu lalu dalam safari dakwah saya di Indonesia, saya menghadiri Jalsatul Itsnain di sana. Bagaikan ibu dan putrinya. Jalsatul Itsnain di kota Tarim adalah ibu dan induk, sedangkan di Indonesia adalah putri dan anaknya. Namun ternyata sang putri lebih bongsor dari ibunya”.

 

Dari sejak awal dirintisnya, Jalsatul Itsnain-jalsatul Itsnain yang di dirikan di Indonesia baik yang dirintis oleh Al Habib Mundzir bersama kawan-kawannya di Ibukota Jakarta maupun yang didirikan di berbagai daerah telah berada di bawah perhatian dan bimbingan Al Habib Umar. Segala kegiatan yang dilakukan di dalamnya adalah arahan dan petunjuk dari beliau. Besar maupun kecil langkah yang diambil oleh Jalsatul Itsnain adalah murni di bawah naungan dan bimbingan Al Habib Umar. Banyak kesempatan Al Habib Mundzir selalu bermusyawarah dengan rekan-rekannya dalam menjalankan arahan dan tuntunan Al Habib Umar seputar Jalsatul Itsnain dan kegiatan dakwah lainnya. Al Habib Quraisy, Al Habib Jindan, Al Habib Soleh Al Jufri, Al Habib Ja’far Al Attas dan rekan-rekan senior lainnya merupakan teman-teman setia yang selalu memberi masukan, arahan, dukungan dan perhatian. Dan yang mulia Al Habib Muhsin bin Idrus Al Hamid adalah tulang punggung bagi Al Habib Mundzir dalam segala aktifitas dakwahnya. Dengan segenap kemampuanya Al Habib Muhsin mendukung dan mengorbankan segalanya untuk Jalsatul Itsnain, untuk Al Habib Mundzir, untuk rekan-rekannya, dan untuk segala aktifitas dakwahnya bahkan kebutuhan pribadi. Semua itu tiada lain karena kecintaan dan kesetiaan yang sangat besar yang dimiliki Al Habib Muhsin kepada Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz.

Al Habib Muhsin adalah sahabat yang terbaik bagi Al Habib Mundzir secara khusus dan bagi murid-murid Al Habib Umar lainnya. Dan sungguh pengorbanan Al Habib Muhsin untuk Majelis dan gerakan dakwah ini tidak terhitung dan tidak pernah mungkin dibalas. Beliau bukan hanya sahabat, namun juga ayah yang penuh kasih sayang untuk murid-murid Al Habib Umar. Cukup kemulian yang tidak terhingga nilainya ketika beliau menjadi salah satu orang yang dipercaya oleh Al habib Umar.

Kawan-kawan yang telah kembali dari belajar di kota Tarim banyak mendirikan majelis-majelis besar. Namun di kota Jakarta, mereka semua mengarahkan para jamaahnya untuk hadir di Jalsatul Itsnain yang dirintis oleh Al Habib Mundzir bersama kawan-kawannya yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Jalasatul Itsnain yang ada di kota Tarim. Murid-murid Al Habib Umar di kota Jakarta tidak ada yang mengadakan majelis di malam selasa karena mereka memandang bahwa Jalsatul Itsnain adalah Majelis Al Habib Umar yang mana mereka lebih memilih agar jamaah mereka diarahkan untuk hadir di Jalsatul Itsnain pada malam selasa. Sebagaimana mereka memandang kepada Jalsatul Itsnain sebagai bagian dari mereka.

Banyak pihak yang berjasa besar terhadap Jalsatul Itsnain yang mungkin tidak dapat atau luput untuk disebut. Namun andil dan jasa mereka dalam berdirinya Jalsatul Itsnain di Ibu Kota Jakarta patut untuk dibanggakan dan harapan kepada Allah agar membalas segala andil dan jasa mereka dengan anugrah yang besar dan tidak ternilai di dunia dan di akhirat.

Ketika semakin berkembang, dan aktifitas Al Habib Mundzir di malam-malam lainya mulai berkembang dan banyak, timbullah permintaan agar Majelis ini diberi nama, Al Habib Mundzir dengan polos, tulus dan ikhlas menjawab, “Majelis Rasulullah?”, karena memang tak ada yang dibicarakan selain ajaran Rasulullah SAW dan membimbing mereka untuk mencintai Allah dan Rasul Nya, sebagaimana didikan yang mulia Al Habib Umar bahwa atribut bukanlah tujuan. Nama “Majelis Rasulullah SAW” adalah nama yang universal, yang mana pada dasarnya semua majelis yang dipimpin oleh siapapun adalah majelis Rasulullah SAW. Dan hal itu Tiada lain karena keikhlasan dan ketulusan yang sangat tinggi dari Al habib Mundzir.

Majelis Rasulullah adalah persembahan Al Habib Mundzir kepada Al Habib Umar. Sering kali Al Habib Mundzir menyatakan bahwa Majelis Rasulullah SAW adalah milik sang guru Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz. Apapun yang ada di dalamnya adalah perintah dan isyarat dari Al Habib Umar. Al Habib Mundzir hanyalah wakil Al Habib Umar dalam mengemban dakwah dan amanat Jalsatul Itsnain yang kemudian menjadi Majelis Rasulullah SAW. Bahkan Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz pun seringkali menyatakan baik secara lisan maupun tertulis, baik kepada perorangan maupun kelompok orang bahwa Majelis Rasulullah SAW adalah miliknya dan di bawah perhatian dan naungannya. Bukan milik kelompok tertentu, keluarga tertentu, golongan tertentu. Al Habib Umar pun menyatakan bahwa Majelis Rasulullah bukan untuk mendukung atau menyudutkan golongan tertentu, partai tertentu, penguasa tertentu atau pihak tertentu. Namun majelis Rasulullah adalah murni majelis ilmu, mengamalkan ilmu, kesucian jiwa, dakwah, dan pergorbaan serta perjuangan di jalan Allah dan Rasul Nya. Majelis Rasulullah adalah wadah bagi setiap ulama dan pendakwah yang murni mengajak kepada jalan Allah dan RasulNya.

Amanat Jalsatul Itsnain yang kemudian menjadi Majelis Rasulullah SAW dipikul oleh Habib Mundzir dari tahun 1998-2013 yaitu dari sejak kembali dari Tarim hingga Al Habib Mundzir kembali ke Rahmat Allah. Amanat dari sang guru yang dipikul oleh Al Habib mundzir dengan sebaik-baiknya. Hingga beliau beliau menghadap kepada Sang Kholiq sedang sang guru Al Habib Umar bangga kepadanya.

Dengan wafatnya Al Habib Mundzir, amanat Majelis Rasulullah SAW kembali lagi kepada pemiliknya yaitu Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz. Dan pada acara Khatam Tahlil wafatnya AlHabib Mundzir, Al Habib Umar menyerahkan Amanat Majelis Rasulullah SAW kepada Al Habib Muhsin bin Idrus Al Hamid. Dan kemudian saat Al Habib Umar datang ke indonesia setelah 2 bulan dari wafatnya Al Habib Mundzir beliau menyerahkan Amanat Majelis Rasulullah SAW kepada Al Habib Ahmad bin Novel bin Jindan. Kemudian Al Habib Ahmad mengemban amanat Majelis Rasulullah SAW hingga saat ini.

Selain Jalsatul Itsnain yang berada di Kota Jakarta, juga telah lahir banyak Jalsatul Itsnain lainnya di berbagai wilayah. Diantaranya di Kuningan Cirebon yang dipimpin oleh Al Habib Quraisy Baharun, di Surabaya yang dipimpin oleh Al Habib Idrus bin Muhammad Al Idrus, di Batu Malang yang dipimpin oleh Al Habib Jamal bin Toha Ba’Aqil, di Jakarta Barat yang dipimpin oleh Al Habib Syafiq bin Ali Ridho bin Syeikh Abi Bakar bin Salim dan lain lainnya.

Mudah-mudahan manfaat dan keberkahan senantiasa tersebar ke seluruh penjuru dunia dengan Jalsatul Itsnain yang telah tersebar di mana-mana.