Pelajaran dan Bahan Renungan bagian 3
Kedua, dengan memperhatikan perjalanan hidup Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersama kaumnya, Anda pasti akan menemukan fakta bahwa semua derita yang dihadapi terasa begitu berat dan menyakitkan. Pada saat yang bersamaan, Anda juga pasti melihat bahwa Nabi ternyata selalu dilindungi Tuhan dari pendentaan dan serangan yang diarahkan kepadanya. Perlindungan itu bertujuan menghibur Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam agar tidak gelisah atau gundah yang dapat berujung pada keputusasaan.
Dalam berbagai penyerangan dan penghinaan yang ditimpakan kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sewaktu di Thaif, Anda akan melihat pembelaan Tuhan. Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dibantu oleh-Nya dalam menghadapi kebodohan orang-orang yang menyakiti beliau. Di dalam peristiwa int pula, Anda dapat menemukan fenomena seorang lelaki Nasrani (Edas) yang ketika datang membawakan sepinggan kurma, tiba-tiba ia menundukkan tubuhnya untuk mencium kepala, tangan, dan kaki Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam setelah mendengar hal yang disampaikan beliau.
Untuk menggambarkan betapa istimewanya pembelaan Allah terhadap Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, cukuplah kiranya kita mengutip penyataan Mushtafa Shadiq Ar-Rafi’i rahimaliullali setelah menyampaikan kisah ‘Duhai betapa ajaibnya simbol-simbol takdir Allah di dalam kisah in’!”
Betapa tidak, dalam kisah ini, kebaikan dan kemuliaan begitu cepat melipur kejahatan dan kebodohan, sebagaimana ciuman penghormatan tiba-tiba datang setelah kata-kata makian diteriakkan.
Padahal sebelumnya, kedua putra Rabi’ah adalah musuh benar Islam. Bahkan, mereka termasuk di antara pemuka orang-orang musyrik yang pernah menemui Abu Thalib, pamanda Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, untuk meminta agar keponakannya segera berhenti berdakwah. Dalam pertemuan itu, kafir Quraisy sempat mengajukan tantangan bertarung hidup atau mati kepada Abu Thalib. Akan tetapi, dalam peristiwa Thaif ini, tiba-tiba nafsu hewani kedua putra Rabi’ah itu berganti menjadi kelembutan insani yang menjadi misi utama agama Islam ini.
Dalam peristiwa ini juga terdapat simbol lain, yaitu ketika “Nasrani” memeluk dan menghormati “Islam”. Agama yang benar dengan agama yang benar lainnya adalah seperti dua bersaudara. Jika hubungan nasab persaudaraan manusia berdasarkan darahnya, hubungan nasab antaragama adalah rasionalitas.
Simbol terakhir yang semakin menyempurnakan hikmah di batik peristiwa Thaif ini ialah bacaan basmalah yang dirapalkan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sebelum memakan kurma yang disuguhkan Edas. Hal itu melambangkan bahwa dengan bacaan basmalah, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dapat memetik “buah kurma” satu-persatu dari tandannya. Setiap butir kurma melambangkan kerajaan.
Sumber : Fiqih Sirah karya Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi