Anda juga dapat melihat hal ini dalam kisah Khabab ibn Al-Arat ra. ketika ia datang menemui Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam Saat itu, ia baru saja disiksa hingga sebagian besar tubuhnya melepuh terbakar api, Ia datang untuk mengadu dan meminta doa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam agar kemenangan segera datang. Rasulullah bersabda, “Jika engkau merasa terkejut karena dirimu harus menghadapi siksaan yang menyakitkan, atau engkau merasa aneh karena harus menyaksikan itu semua, maka ketahuilah bahwa memang seperti inilah jalan (yang harus ditempuh). Semua itu adalah sunnatullah bagi semua hamba-Nya yang beriman kepada-Nya. Pada zaman dahulu, banyak dari mereka yang tubuhnya disisir dengan besi, dari atas bahu sampai ke ujung kaki, Akan tetapi, semua siksaan itu tidak sedikit pun menggoyahkan keimanan mereka kepada agama Allah Jika engkau memandang siksaan adalah tanda datangnya keputusasaan dan keterputusan dari kemenangan, maka sungguh engkau telah salah menilai, Engkau harus tahu bahwa siksaan dan derita di jalan ini adalah petunjuk tentang dekatnya pertolongan. Allah pasti akan menolong agama sehingga kelak seorang laki-laki akan dapat menempuh perjalanan dart San’a hingga ke Hadramaut tanpa ada yang ditakuti selain Allah Swt.” Dalam riwayat lain ada yang menambahkan kalimat, “Dan kepada srigala yang menyerang dombanya.”
Rahasia lain yang tersembunyi di balik sabda Rasulullah ini, beliau memberi kabar gembira bagi para sahabat bahwa Allah Swt akan menaklukkan Persia dan Romawi untuk mereka. Ternyata, tidak lama setelah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam wafat, kedua kerajaan raksasa itu benar-benar berhasil ditaklukkan umat Islam. Padahal, jika ditinjau dari keutamaan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan kecintaan Allah, semestinya negara adidaya itu sudah dapat ditaklukkan pasukan yang dipimpin langsung oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam akan tetapi, sejarah berkata lain, kedua negeri itu justru berhasil ditaklukkan para pengikut beliau.
Meskipun hal ini mungkin berhubungan dengan kecintaan Allah kepada Rasulullah, kemenangan dan pertolongan Allah tetap harus mengikuti “aturan” atau sunatullah, seperti yang telah kami kemukakan.
Ketika Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam masih hidup, rupanya umat Islam belum membayar lunas harga untuk mendapatkan kemenangan di Syam dan Irak. Padahal, harga itu semestinya sudah harus dilunasi sebelum kemenangan itu datang. Ketentuan ini sudah berlaku ketika Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam masih hidup. Alasannya bukan karena penaklukan ini berhubungan dengan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam atau tidak. Bukan pula apakah pasukan penakluk dipimpin langsung oleh beliau atau tidak. Bahkan, bukan pula karena kebenaran cinta Allah pada beliau, melainkan agar menjadi semacam “lampu penerang” bagi umat Islam yang telah berbaiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Penerang itu akan menunjukkan kebenaran baiat mereka. Pun membuat mereka mengetahui kebenaran janji Allah Swt.
Allah Swt. berfirman,
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam taurat, injil dan Al-Qur’an.
Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka, bergembiralah dengan jual-beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar,” (QS At-Taubah [9]:111)
Sumber : Fiqih Sirah karya Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi